Vaksin Corona Universitas Oxford Diragukan, Ini Kata Pembuatnya
Hide Ads

Vaksin Corona Universitas Oxford Diragukan, Ini Kata Pembuatnya

Fino Yurio Kristo - detikInet
Minggu, 24 Mei 2020 20:00 WIB
Pengujian Vaksin Corona Pada Manusia Mulai Tunjukkan Harapan
Ilustrasi vaksin Corona. Foto: DW (News)
Oxford -

Vaksin Corona buatan Oxford University disebut-sebut salah satu kandidat terbaik dan saat ini telah memasuki tahap uji coba pada manusia. Akan tetapi terbersit keraguan setelah kera yang disuntik vaksin itu ternyata akhirnya tetap terkena Corona dan berpotensi tetap bisa menularkannya.

Sempat disebut kebal COVID-19, rupanya 6 kera yang dites terkena Corona. Selain itu, level COVID-19 yang ada di bodi mereka disebut sama saja dengan kera yang tidak divaksin sehingga kemungkinan dapat menularkan.

Menanggapi itu, profesor Andrew Pollard dari Oxford selaku salah satu pembuat vaksin itu menyatakan vaksin yang mereka kembangkan mencapai tujuan utamanya, yaitu melindungi mereka yang divaksin dari bahaya COVID-19 paling serius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Trial itu melibatkan sejumlah kecil monyet, yang ditunjukkan adalah vaksin ini mencegah pneumonia di hewan tersebut," cetusnya, seperti dikutip detikINET dari Daily Mail.

"Hal itu mendukung vaksin pada manusia karena itulah yang sungguh ingin kami ketahui, yaitu apakah bisa mencegah pneumonia dan infeksi berat di manusia," paparnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, monyet yang divaksin juga tidak mengalami kerusakan jantung. Hal itu yang membuat pihak Oxford yakin dalam melangkah ke trial pada manusia.

Pemerintah Inggris telah mengucuri dana 90 juta poundsterling untuk pengembangan vaksin dari Oxford itu. Jika semua berjalan sesuai rencana, kabarnya pada bulan September vaksin ini sudah dapat tersedia.

Bulan silam, trial telah melibatkan seribu relawan. Dalam tahap berikutnya, rencananya vaksin akan diberikan pada 10 ribu orang di berbagai wilayah Inggris.

Profesor Pollard sendiri belum dapat memastikan apakah September adalah tenggat waktu yang pas. "Sebenarnya sangat sulit untuk tahu kapan kita akan memiliki bukti bahwa vaksin itu berhasil," katanya.

Suara skeptis pada vaksin Oxford antara lain disuarakan oleh Dr William Haseltine, mantan akademisi di Harvard Medical School. Ia menyebut bahwa vaksin itu tidak memberikan imunitas pada COVID-19.

"Mungkin memang memberikan perlindungan parsial. Tapi apakah itu cukup untuk mengendalikan pandemi COVID-19?" tulisnya di Forbes.

"Untuk jawaban, kita bisa melihat penyakit lain di mana vaksinnya hanya efektif parsial, yaitu HIV, tubercolosis dan malaria. Jawabannya tidak memberi semangat," cetusnya.