Washington -
Saling lempar kesalahan antara Amerika Serikat dan China soal asal virus COVID-19 terus berlangsung. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menuturkan pihaknya memerlukan detail dari China tentang 'patient zero' atau pasien pertama yang menderita COVID-19.
"Saya pikir seluruh dunia sudah tahu bahwa ini (virus corona) bermula dan berasal dari sana di Wuhan," kata Pompeo dalam wawancara baru-baru ini seperti dikutip detikINET dari First Post.
Pompeo pun mendesak China untuk membuka dari mana virus itu berasal, apakah dari laboratorium virus di Wuhan dan juga ia ingin tahu siapakah patient zero.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penting mengetahui darimana virus itu berasal. Kami ingin tahu jawabannya. Ada bukti asalnya di suatu tempat di sekitar lab itu, tapi bisa saja salah," tambahnya.
"Kita butuh mengetahui jawaban itu. Hal ini penting karena kita perlu tahu dari mana patient zero berasal," cetus Pompeo.
Sebelumnya, Pompeo mengklaim ada bukti kuat virus corona berawal di Wuhan Institute of Virology. "Terdapat bukti besar sekali kalau di sanalah hal ini bermula. Ada jumlah signifikan bukti bahwa ini (virus Corona-red) datang dari laboratorium itu di Wuhan," kata Pompeo.
Namun setelah dikonfrontir oleh hasil sementara penyelidikan intelijen AS, bahwa konsensus ilmiah menyebutkan virus itu bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetis, Pompeo tampaknya menjadi ragu-ragu.
"Saya mengetahui apa yang telah dikatakan oleh komunitas intelijen soal itu. Saya tidak punya alasan mereka salah," katanya, tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.
Dalam pernyataan kepada pers di waktu selanjutnya, Pompeo mengatakan bahwa AS belum memiliki kepastian dari mana asal pandemi virus Corona. Walaupun demikian, pihaknya juga memiliki bukti COVID-19 berasal dari laboratorium.
"Kami tidak memiliki kepastian. Dan ada bukti signifikan bahwa ini datang dari laboratorium. Kedua pernyataan tersebut bisa saja dua-duanya benar," kilah Pompeo.
"Kita semua sedang berusaha menemukan jawaban yang benar. Kita semua mencoba mendapatkan kejelasan...realitasnya adalah virus ini datang dari Wuhan," imbuhnya.
Pihak China sendiri sudah berulangkali membantah COVID-19 dibuat atau bocor dari Wuhan Institute of Virology. Adapun mengenai patient zero sampai saat ini masih belum ditemukan dan prosesnya berjalan sukar.
Menemukan penderita pertama menurut Jin Qi, ilmuwan Institute of Pathogen Biology yang bernaung di bawah Chinese Academy of Medical Sciences, perlu riset yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Ia mencontohkan sejauh ini, ilmuwan belum menemukan patient zero pandemi flu tahun 1918, HIV ataupun flu H1N1 yang merebak di tahun 2009. "Jika patient zero tidak bergejala atau gejalanya sangat ringan, dia mungkin tidak pergi ke dokter dan tidak ada catatan medis," kata Jin.
Beberapa pakar mengajukan usul tes antibodi untuk melacak patient zero. Akan tetapi tes yang ada saat ini hanya dapat memberitahu apakah seseorang pernah terinfeksi di masa silam, bukan waktu persisnya.
Liu Peipei, pakar virus di Chinese Center for Disease Control and Prevention, mengatakan jika makin banyaknya angka orang dengan antibodi COVID-19 ataupun yang tanpa gejala merupakan dua halangan utama dalam menemukan pasien pertama.
Liu mengakui bahwa China dan beberapa negara lain memburu siapa patient zero. Namun ia berharap akan ada kolaborasi di antara mereka agar upaya tersebut berhasil.
Tujuan melacak pasien pertama COVID-19 adalah untuk memformulasikan pencegahan spesifik dan rencana pengendalian untuk mencegah wabah serupa terjadi di masa depan. "Tapi ini juga upaya ilmiah yang amat sukar," tutur Jin.