Kuburan Korban Penyakit 'Maut Hitam' Ungkap Fakta Mengerikan
Hide Ads

Kuburan Korban Penyakit 'Maut Hitam' Ungkap Fakta Mengerikan

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 19 Feb 2020 10:58 WIB
Black Death
Ilustrasi penderitaan kala wabah maut hitam. Foto: Istimewa
London -

Wabah maut hitam atau black death adalah penyakit yang pernah sangat mematikan khususnya di benua Eropa. Diestimasi 75 sampai 200 juta manusia tewas karena wabah yang memuncak di Eropa tahun 1347 sampai 1351 ini. Kini, kuburan para korban yang baru ditemukan mengungkap fakta mengerikan.

Sebuah kuburan massal korban maut hitam baru saja ditemukan arkeolog di daerah pedesaan Inggris di Lincolnshire. Kuburan dari abad ke 14 tersebut menyuguhkan bukti betapa besar skala dan cepatnya penularan maut hitam.

Dikutip detikINET dari Guardian, terdapat sedikitnya 48 jasad pria, wanita dan anak-anak dikuburkan bersama-sama. Tes DNA mengungkap bagaimana mereka meninggal, di mana ditemukan pathogen maut hitam di jenazah itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar separuh populasi Inggris meninggal dalam waktu 18 bulan di tahun 1348 lantaran keganasan maut hitam. Namun menurut Hugh Wilmott selaku pakar arkeolog dari University of Sheffield, bukti arkeologi langsung di pedesaan jarang ditemukan.

Di perkotaan Inggris, cukup banyak ditemukan kuburan massal akibat dahsyatnya maut hitam. Nah, penemuan makam di pedesaan ini membuktikan bahwa penduduk pun kewalahan menghadapinya. Sebagian korban mungkin berasal dari kota yang mengungsi ke pedesaan, tapi di sanapun mereka dijemput maut.

ADVERTISEMENT

Biasanya, penguburan di pedesaan mengikuti ritual agama dan per individu. Sehingga disimpulkan, pemakaman massal yang menyimpang dari tradisi ini membuktikan warga desa banyak yang menjadi korban dan tidak dapat dimakamkan secara layak.

"Hal ini mengindikasikan bahwa komunitas pedesaan tidak dapat menghadapi maut hitam, sistem yang normal menjadi terganggu," sebut Wilmott.

Jenazah itu terindikasi dimakamkan dalam hitungan hari. Namun mereka diletakkan secara hati-hati berdampingan, menunjukkan bahwa di tengah wabah yang hebat, penghormatan pada yang meninggal tetap coba dilakukan.

"Mereka mencoba memperlakukan jenazah sehormat mungkin, karena di abad pertengahan, amat penting memberikan pemakaman yang pantas. Meskipun di puncak bencana mengerikan, mereka coba memberikan perhatian sebisanya pada yang meninggal," pungkasnya.

Black Death diestimasi mematikan 30% sampai 60% warga Eropa. Saking dahsyatnya, populasi dunia yang tadinya sekitar 450 juta, turun ke level 350-357 juta di abad ke-14.

Butuh waktu sampai 200 tahun sampai populasi dunia pulih ke level sebelumnya. Wabah hitam pun masih muncul tenggelam di Eropa sampai abad ke-19.

Sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa virus pes yang disebabkan bakteri Yersinia pestis dan disebarkan oleh lalat dengan bantuan hewan seperti tikus rumah (Rattus rattus) adalah penyebab wabah walaupun ada juga kalangan yang menyangsikan teori ini.

Sebuah tim dari universitas di Oslo dan Ferrara menyimpulkan Wabah Hitam bisa 'dianggap sebagian besar berasal dari kutu manusia dan kutu yang ada dalam tubuh'. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science itu menggunakan catatan atas pola dan skala wabah itu.