Rachmat Kaimuddin, CEO baru Bukalapak, menyebut bahwa pemegang saham sudah meminta dirinya untuk melanjutkan pertumbuhan perusahaan. Selain itu, target sustainability juga tak luput dari perhatian.
Sementara terkait target IPO, penerus Achmad Zaky ini menyerahkan sepenuhnya kepada pemegang saham. Namun tugas Rachmat sebagai CEO adalah menyiapkan segala sesuatunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada prinsipnya saya adalah profesional management. Dan terkait IPO itu adalah pilihan pemegang saham, itu hanya jalan kita sendiri sedangkan untuk profesional management bukan suatu tujuan, melainkan itu cara untuk rise financing biasanya. Tetapi dari sisi governance, infrastruktur perusahaan saya akan coba juga agar menjadi satu opsi. Kalau istilah saya tadi IPO Ready," papar Rachmat saat berbincang dengan media secara terbatas, Senin (9/12/2019) malam.
Maksud IPO ready di sini adalah menyiapkan tata kelola (governance) dan infrastruktur di dalam perusahaan agar siap menghadapi berbagai perubahan korporasi. Baik itu ketika ada fund raising ataupun melantai di bursa (IPO).
"Setiap e-commerce itu pasti selalu fund raising, itu suatu keniscayaan dan pemegang saham semakin lama semakin banyak. Kalau kita lihat di Indonesia, jika perusahaan pemegang sahamnya sudah ada 50 itu harus Tbk, gak harus IPO ya jadi belum tentu listing," papar Rachmat.
"Dari sisi itu, kalau mereka punya pemegang saham yang banyak, maka infrastruktur perusahaannya harus selalu siap untuk fund raising dan sebagainya, itu yang saya maksud dengan IPO ready, beda dengan listing di bursa. Kita cerita tentang governance, transparansi dan sebagainya. Jadi infrastruktur perusahaan itu keniscayaan, terlebih Bukalapak sudah berumur 10 tahun, dan saya yakin Mas Zaky dan pemegang saham lainnya sudah menginginkan pula," lanjutnya.
Rachmat memang terbilang baru di dunia startup digital. Lulusan Massachusetts Institute of Technology dan Stanford Graduate School of Business ini memulai karir dengan menjadi hardware design engineer di Teradyne, Inc pada 2001. Dia sempat menjadi senior associate di The Boston Consulting Group untuk Asia Tenggara 2003-2006 sebelum mengejar gelar MBA di Standford.
Dia lalu menapaki karir sebagai Managing Director/Chief Financial Officer PT Cardig Air Services pada 2009-2011. Setelah itu, dia menjadi Group Chief Financial Officer di PT Amstelco Indonesia, Tbk dari 2011- 2012.
Di tahun 2012 dia menjadi Advisor to the Board untuk PT Toba Bara Sejahtera milik Luhut Pandjaitan. Kemudian Rachmat cukup lama juga di grup semen Bosowa sebagai Chief Financial Officer di PT Bosowa Corporindo (2014-2018) dan sekaligus Managing Director di PT Semen Bosowa Maros (2016-2018). Karir terakhirnya adalah di PT Bank Bukopin, Tbk sebagai Director of Finance and Planning.
(rns/rns)