Kira-kira seperti itulah gambaran yang dikumpulkan para ilmuwan mengenai spesies baru kera purba, berdasarkan fosil terbaru yang mereka temukan di Bavaria, Jerman.
Para ahli paleontologi menamai spesies ini Danuvius guggenmosi. Danuvius berasal dari nama dewa sungai Celtic-Roma Danuvius, dan guggenmosi adalah penghargaan untuk Sigulf Guggenmos, yang menemukan situs tempat fosil itu ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menariknya, Danuvius seperti kera dan hominin menjadi satu," kata pemimpin riset Madelaine BΓΆhme, ahli paleontologi dari Eberhard Karls University of TΓΌbingen, Jerman, dikutip dari Live Science, Kamis (7/11/2019).
Makhluk tersebut kemungkinan juga menggunakan penggerak aneh yang belum pernah kita lihat sampai sekarang. Para ilmuwan penemu fosil mengatakan, temuan ini menjelaskan bagaimana nenek moyang manusia berevolusi untuk berjalan dengan dua kaki.
"Temuan ini juga mengemukakan wawasan tentang bagaimana nenek moyang kera besar modern berevolusi mendukung alat mereka untuk bergerak," kata Madelaine.
![]() |
Ciri utama yang membedakan manusia dari kerabat terdekatnya--kera besar modern termasuk simpanse, bonobo, gorila, dan orangutan--adalah bagaimana manusia berdiri tegak dan berjalan di atas kaki. Postur bipedal ini yang akhirnya membantu membebaskan tangan kita untuk menggunakan alat, dan membantu umat manusia menyebar ke seluruh planet.
Sebaliknya, kera besar modern memiliki lengan memanjang yang mereka gunakan untuk bergerak. Misalnya, simpanse, bonobo, dan gorila, berlatih berjalan dengan jari. Sedangkan orangutan berjalan menggunakan kepalan tinju tangannya di tanah.
Semua kera besar modern juga memiliki sifat anatomi yang memungkinkan mereka berayun dari cabang pohon satu ke cabang pohon lainnya hanya dengan menggunakan tangan mereka. Metode penggerak ini disebut brachiation.
Masih banyak ketidakpastian tentang asal usul pergerakan hominin--kelompok spesies yang mencakup manusia dan kerabat mereka setelah berpisah dari garis keturunan simpanse--karena para ilmuwan tidak memiliki bukti fosil yang sesuai.
Penelitian sebelumnya menduga, manusia berevolusi dari binatang berkaki empat yang meletakkan telapak tangan dan telapak kaki mereka di tanah saat berjalan, mirip dengan monyet hidup, atau lebih suka menggantungkan tubuh mereka dari pohon saat mereka bergerak, serupa simpanse modern.
Sejak 1970-an, para ahli paleontologi telah menggali banyak fosil spesies kera dari Eropa dan Afrika, dari zaman pertengahan Miosen hingga akhir 13 juta hingga 5,3 juta tahun lalu, ketika mereka berpikir garis keturunan kera dan manusia berbeda.
Baca juga: Fosil 'Monster' Penguasa Lautan Ditemukan |
Namun, tidak satu pun dari fosil-fosil ini yang melestarikan tulang tungkai yang benar-benar utuh, sehingga membatasi wawasan yang bisa diperoleh para peneliti tentang bagaimana spesies purba ini bergerak.
(rns/fyk)