"Memang itu yang paling dikhawatirkan, karena memang disinformasi ini memakan korban jiwa maupun harta, membuat situasi tidak stabil, orang mau beraktivitas pun terganggu," kata pengamat media sosial Enda Nasution, dihubungi detikINET, Selasa (24/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, menurutnya, kenyataan ini juga dimanfaatkan pihak-pihak tertentu dengan bermacam kepentingan. Mereka sengaja menyebarkan informasi yang bertujuan memancing emosi dan memprovokasi.
"Kalau dulu orang memprovokasi mungkin lewat selebaran gelap atau poster, sekarang jauh lebih mudah dan gampang dengan menyebarkannya lewat internet," ujar Enda.
Yang bisa masyarakat lakukan, dikatakan Enda, sama dengan ketika menghadapi provokasi fisik (lewat selebaran gelap, poster, dan lain-lain) yakni jangan mudah terpancing.
"Kita harus sadari kita sedang diprovokasi. Kalau kita sadar kita akan bertanya siapa yang memancing, tujuannya apa. Tingkat literasi digital harus makin tinggi," jelasnya.
Menurutnya, ketika kita sadar bahwa ada maksud tertentu dari penyebaran sebuah informasi, bahwa ada orang yang dengan sengaja menyebarkannya, kita akan bisa lebih menahan diri.
"Kalaupun kita tidak bisa melakukan apa-apa, minimal tidak ikut-ikutan menyebarkan. Kalau bisa mempertanyakan, informasi berbedar ini belum tentu benar, justru kita jadi yang mendinginkan suasana. Jadi minimal kita tidak ikut terprovokasi, maksimal kita menjadi suara yang menentramkan," tutupnya.
(rns/fyk)