Kolaborasi ini membawa manfaat untuk Indonesia maupun Arab Saudi. Menurut presentasi Ministry of Communication and Information Technology Kerajaan Arab Saudi, sebagai negara yang masih fokus pada ekonomi di sektor minyak, visi 2030 Arab Saudi ingin memberikan perhatian pada tumbuhnya wirausaha berbasis ekonomi digital sehingga mampu berkontribusi pada ekonomi non-minyak dan mendorong terciptanya lapangan kerja baru.
Potensi anak muda Arab Saudi yang berpendidikan, serta penetrasi internet yang mencapai 76% dan penetrasi mobile mencapai 137%. Kerjasama dengan Indonesia bisa melesatkan kemajuan digital di Arab Saudi. Alasan memilih berkolaborasi dengan Indonesia juga dilatarbelakangi keberhasilan pemerintah Indonesia yang dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun, mampu membangun ekosistem digital dan memanfaatkan pertumbuhan pasar domestik untuk tumbuhnya 4 unicorn.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Arab Saudi juga terkesan dengan posisi Indonesia yang dalam waktu kurang dari 4 tahun telah menjadi 'tanah air' untuk 3 unicorn (Traveloka, Tokopedia dan BukaLapak) plus satu decacorn (Go-Jek). Indonesia juga tercatat sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan menempati urutan ke-16 di dunia (berdasarkan nominal GDP). Singkat kata, Arab Saudi ingin belajar dari pengalaman Indonesia untuk memanfaatkan potensi digital melalui kolaborasi dua negara.
Lantas apa keuntungan untuk Indonesia? Dalam penjelasan resmi Kemenkominfo yang diperoleh detikcom, Rabu (3/7/2018),ada manfaat jangka pendek dengan adanya kerjasama ini khususnya dalam pengembangan startup umrah adalah terciptanya transparansi tata kelola umrah yang dapat menguntungkan jamaah Indonesia yang besar jumlahnya. Pada tahun 2017, jamaah umrah di Indonesia mencapai 875.958 atau terbesar ketiga dari jumlah total jamaah umrah di dunia.
Pengembangan startup umroh menjadi salah satu fokus pertama kolaborasi Indonesia dengan Arab Saudi. Startup umroh digital enterprise ini diyakini bisa menyelesaikan permasalahan penyelenggaraan umrah. Ada beberapa permasalah yang muncul selama ini, bermula dari munculnya penyelewengan dana umrah oleh First Travel yang diduga menipu 58.000 jamaah umroh. Setelahnya, kasus serupa bermunculan di bisnis ibadah haji dan umrah.
Umrah Digital Enterprise atau Startup Umrah, yang dirancang untuk membantu para jamaah asal Indonesia dalam mendapatkan harga terbaik dan kesempatan yang lebih besar kepada seluruh masyarakat Indonesia yang ingin menunaikan ibadah Umrah, karena program ini juga mencakup aspek financing. Hal ini diharapkan akan menekan angka jamaah Indonesia yang gagal berangkat ke Tanah Suci.
Startup yang dirancang bersama Indonesia dan Arab Saudi ini bisa melahirkan terjadinya kompetisi yang sehat antar-biro-umrah yang dapat menyediakan layanan maksimal pada jamaah umrah Indonesia.
Adanya startup umrah digital juga akan mendukung kebijakan Arab Saudi untuk menambah kuota umrah dari 8 juta di 2015 menjadi 15 juta jamaah per tahun, mempermudah aplikasi visa dan memperbaiki fasilitas dan akomodasi untuk para jamah.
Manfaat dari kolaborasi digital dalam pertukaran informasi, pengalaman, dan pengetahuan oleh ahli, Indonesia dapat melakukan penetrasi terhadap produk atau teknologi digital ke Arab Saudi. Selain itu kolaborasi ini juga pasti mendorong terjadinya investasi Arab Saudi pada sektor digital, untuk pengembangan unicorn baru di Indonesia.
Baca juga: Arab Saudi Tergoda Prestasi Indonesia |
Apa langkah konkretnya?
Sebagai tindak lanjut dari penandatangan MoU kolaborasi digital Indonesia-Arab Saudi, maka akan dilakukan langkah-langkah dalam jangka pendek yakni Penandatanganan MoU resmi, pembentukan satgas kolaborasi digital, rrapat di Saudi Arabia sebagai tindak-lanjut pertemuan di Jakarta, melaksanakan NextIcorn Roadshow ke Saudi Arabia dengan membawa sejumlah startup Indonesia yang paling berpotensi untuk mendapatkan investasi.
Nantinya kolaborasi digital Indonesia-Arab Saudi tidak berhenti pada startup umroh digital enterprise.
(van/krs)