Usut punya usut, ternyata gambar tersebut hanya sebuah awan. Ia bernama noctilucent cloud, atau awan noktilusen.
Disebut demikian lantaran ia hanya muncul pada senja hari setelah Matahari terbenam. Ia berada sangat tinggi di atmosfer sehingga masih mendapat cahaya Matahari walaupun pusat Tata Surya itu sudah berada di bawah horison jika dilihat dari sudut pandang orang-orang di permukaan Bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patut diketahui bahwa gambar ini dihasilkan oleh data yang dikumpulkan wahana antariksa milik NASA bernama Aeronomy of Ice in the Mesosphere (AIM). Instrumen yang dimiliki wahana antariksa tersebut dapat mengukur albedo.
Sekadar informasi, albedo merupakan jumlah cahaya yang dipantulkan kembali ke angkasa luar oleh awan-awan yang sangat tinggi posisinya di atmosfer. Gambar ini sendiri merupakan hasil gabungan penglihatan wahana antariksa itu yang beberapa kali melewati awan tersebut.
Sejak diluncurkan pada 2007, AIM telah membantu para peneliti dalam mengetahui bahwa awan noktilusen tengah meluas hingga ke ketinggian rendah dengan frekuensi yang tinggi. Ada beberapa bukti yang menyebut jika ini merupakan akibat berubahnya atmosfer, termasuk di dalamnya adalah semakin banyaknya uap air, sebagai bagian dari perubahan iklim.
Gambar yang diunggah oleh NASA ini sendiri merupakan penampakan awan noktilusen yang terlihat di kawasan Greenland dan Kutub Utara. Beberapa lokasi lainnya seperti Amerika Serikat, Meksiko, dan Eropa dilaporkan juga mengalami fenomena yang sama pada Juni lalu.
(mon/fyk)