Perang Dagang AS-China Bikin Lenovo Mau Alihkan Produksi
Hide Ads

Perang Dagang AS-China Bikin Lenovo Mau Alihkan Produksi

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Minggu, 26 Mei 2019 08:37 WIB
Lenovo Yoga 910. Foto: detikINET/Adi Fida Rahman
Jakarta - Lenovo mengungkapkan bahwa pihaknya dapat mengalihkan produksinya ke negara-negara lain, di luar China, jika Amerika Serikat menjatuhkan tarif impor barang yang lebih tinggi terhadap Negeri Tirai Bambu. Hal tersebut diungkapkan oleh Wai Ming Wong, Chief Financial Officer (CFO) Lenovo.

"Kami jelas sudah siap ketika kejadian tersebut terjadi," ucapnya, sebagaimana detikINET kutip dari CNBC, Minggu (26/5/2019).

"Kami tentu punya kemampuan dalam mengalihkan sejumlah kegiatan produksi, dari negara terdampak seperti China ke negara yang membuat kami bisa melanjutkan produksi tanpa, saya pikir, mendapat dampak dari tarif impor barang," tuturnya menambahkan.

Keyakinan Wong didasari sejumlah fasilitas yang dimiliki Lenovo di sejumlah negara. Ia pun menyebut Meksiko dan Amerika Serikat bisa menjadi negara peralihan yang dituju.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ujaran Wong sekaligus mengulangi apa yang sempat diutarakan oleh CEO Lenovo, Yang Yuanqing. Beberapa waktu lalu ia pernah mengatakan bahwa ada sejumlah penyesuaian yang perlu dilakukan oleh perusahaan seiring dengan meningkatnya tarif impor barang dan dapat berdampak besar pada sektor PC.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, belum lama ini mengancam penambahan tarif impor barang terhadap China. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai USD 300 miliar, dan barang-barang elektronik konsumen termasuk salah satu sektor yang dikenai penambahan tarif tersebut.

Penyesuaian bisa jadi memang perlu dilakukan oleh Lenovo jika ingin mengulang, atau meningkatkan, catatan pendapatannya pada tahun fiskal 2018/2019. Untuk pertama kalinya, perusahaan yang memiliki kantor pusat di Hong Kong itu membukukan pemasukan sebesar USD 51 miliar.

Dari pemasukan tersebut, Lenovo meraup keuntungan keuntungan sebesar USD 597 juta sepanjang periode tersebut, yang berakhir pada 31 Maret lalu. Ini menjadi sukses tersendiri bagi Lenovo yang mengalami kerugian USD 189 juta pada tahun fiskal sebelumnya. (mon/mon)