Dikutip detikINET dari Ars Techinca, kantor pusat ARM berada di Cambridge, Inggris. Mereka memutuskan mengikuti aturan Trump kemungkinan karena ada teknologi yang berasal dari AS di produknya. Dari 40 kantor ARM di seluruh dunia, 8 di antaranya berlokasi di AS. Barangkali, ARM tak mau mengambil risiko.
"ARM mematuhi pembatasan terbaru yang ditetapkan oleh pemerintah AS dan sedang melakukan pembicaraan dengan lembaga pemerintah AS guna memastikan kami tetap patuh," ujar juru bicara ARM
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ARM tidak memproduksi chip smartphone tapi melisensikan properti intelektualnya pada vendor lain. Arsitektur CPU ARM sangat dominan di smartphone. Chip Qualcomm, MediaTek, Apple, Samsung dan Huawei semuanya adalah lisensi arsitektur ARM sehingga konsekuensinya, hampir semua smartphone menggunakan CPU berbasis ARM.
Selain arsitektur dasar, ARM juga melisensi desain CPU 'Cortex' dan desain GPU 'Mali' yang kerap digunakan sebagai basis System on a Chips atau SoC.
Salah satu kekuatan utama Huawei adalah divisi HiSilicon yang memproduksi chip sendiri bernama Kirin, dan semuanya berbasis desain ARM. Itulah mengapa putusnya hubungan dengan ARM bisa berdampak besar bagi Huawei.
Video: Setelah Google, ARM Cabut Kerja Sama dengan Huawei
Menurut BBC, Huawei masih dapat memproduksi SoC existing dengan desain ARM, namun tidak dapat membuat produk baru. Chip jagoan Kirin 985 juga belum akan terimbas. Maka dampaknya mungkin baru terasa dalam jangka panjang jika ARM tetap kukuh pada pendiriannya.
Terkait masalah ini, Huawei telah mengeluarkan statementnya. "Kami menghargai hubungan kami dengan para partner, tapi kami menyadari tekanan yang mereka alami sebagai akibat keputusan politis AS," kata juru bicara mereka.
"Kami yakin situasi ini dapat diselesaikan. Prioritas kami dapat terus memberikan teknologi dan produk kelas dunia kepada pelanggan kami di seluruh dunia," pungkas Huawei.
(fyk/fyk)