Ditariknya lisensi ini tentu merupakan pukulan yang keras bagi Huawei, karena smartphone yang mereka rilis di luar China sangat mengandalkan ekosistem milik Google dan Android. Lebih dari 49% smartphone yang dikapalkan Huawei pada kuartal pertama tahun 2019 juga menuju pasar internasional selain China daratan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini akan menjadi seperti saklar yang secara instan menghabisi ambisi Huawei untuk menyalip Samsung di pasar global," kata Vice President of Mobility Canalys Nicole Peng, seperti dikutip detikINET dari CNBC, Senin (20/5/2019).
Huawei mungkin masih bisa menggunakan sistem operasi Android lewat lisensi open source. Mereka juga sebelumnya sempat mengatakan telah mengembangkan sistem operasi alternatif jika tidak bisa lagi menggunakan Android.
Tapi, mereka tetap kehilangan akses untuk Google Play Store dan sebagai gantinya harus menggunakan app store pihak ketiga untuk smartphone yang mereka jual di luar China. Research Director Counterpoint Research, Neil Shah mengatakan hal ini dikhawatirkan akan membuat Huawei tidak bisa bersaing dengan vendor lain.
"Ini akan membuat kerugian yang jelas untuk (sistem operasi) Huawei versus Android yang digunakan oleh Samsung atau smartphone lainnya dalam hal kurangnya semua aplikasi yang tersedia di Google Play Store, kualitas aplikasi (beberapa mungkin ketinggalan), berpotensi kurang aman karena tidak akan disaring oleh Google atau mengikuti update keamanan bulanan Google dan user-experience keseluruhan di app store," kata Shah.
Jurnalis BBC, Leo Kelion juga mengatakan bahwa ini akan memberikan dampak jangka pendek bagi Huawei karena konsumen akan berpikir dua kali untuk membeli smartphone yang tidak memiliki akses penuh kepada ekosistem Android.
"Pembeli smartphone tidak ingin smartphone Android yang tidak memiliki akses ke Google Play Store, asisten virtualnya atau update keamanan, dengan asumsi ini adalah salah satu layanan yang akan ditarik," kata Kelion.
(vim/krs)