Menguak Penyebab iPhone Kewalahan Lawan Ponsel China
Hide Ads

Menguak Penyebab iPhone Kewalahan Lawan Ponsel China

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 22 Mar 2019 18:00 WIB
iPhone XR. Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Jakarta - iPhone belakangan mengalami kesulitan di pasar China, di mana pangsa pasarnya turun 20% di akhir tahun silam dan diprediksi belum akan membaik. Hal itu tak lepas dari strategi jitu para vendor ponsel setempat dalam rangka 'menjauhkan' warga dari iPhone.

Merek domestik banyak merilis smartphone dengan hardware tinggi dan fitur inovatif di rentang harga kompetitif, antara USD 500 sampai USD 800. Hasilnya, banyak yang beralih dari iPhone, bahkan memaksa Apple melakukan diskon untuk memperbaiki penjualan.

"Dari mereka yang upgrade, banyak yang pindah dari Apple ke merek China, tapi sangat sedikit yang beralih dari merek China ke Apple," kata Jiang Ning yang mengepalai sebuah toko Xiaomi di provinsi Shandong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Huawei, Oppo, Vivo, sampai Xiaomi biasanya menawarkan perangkat terjangkau dengan spek lumayan. Tapi saat ini, konsumen menginginkan smartphone lebih baik sehingga mereka mulai mengubah strategi.

"Orang semakin melekat ke ponselnya dan memiliki ekspektasi lebih tinggi. Responsnya adalah upgrade konstan di spesifikasi hardware," sebut Alen Wu, Global Vice President Oppo yang dikutip detikINET dari Reuters.

He Fan selalu CEO Huishoubao yang memperjualbelikan ponsel bekas menyatakan konsumen saat ini banyak pindah dari iPhone ke Huawei terkait kualitas kamera. Huwaei memperkuat sektor itu dengan kerja sama menggaet Leica.

"Kamera Huawei menjadi lebih baik dari Apple dalam soal kecocokan dengan selera konsumen di China," begitu pendapatnya.



Apple pun harus berpikir keras untuk mengembalikan kejayaan iPhone di China, salah satu pasar terpenting di dunia. Konsumen di sana mulai banyak menganggap iPhone terlampau mahal.

"Kebanyakan pembeli smartphone di China tidak siap mengeluarkan lebih dari USD 1.000 untuk sebuah ponsel. Ini meninggalkan celah di segmen sekitar USD 800 ke bawah, yang dimanfaatkan benar oleh vendor China," ucap Neil Shah dari Counterpoint Research. (fyk/fyk)