Hal itu antara lain disampaikan oleh ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, dalam acara Selular Business Forum di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019).
Menurutnya, kehadiran e-commerce sejauh ini belum secara signifikan mengusik keberadaan toko fisik. Ia pun membeberkan persentase pergeseran transaksi offline ke online yang juga masih kecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 'Tunda dan Kaji Ulang Pajak Toko Online' |
"Orang yang tadinya beli smartphone di supermarket atau di toko fisik kemudian beralih ke e-commerce itu ternyata mitos," jelas Bhima.
"Karena faktanya shifting itu sangat kecil porsinya dari total retail secara nasional. E-commerce porsinya akan tetap 2-3% nggak akan langsung lompat mencapai 5-10%," sambungnya.
Ketua Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) Hasan Aula mengamini hal tersebut. Menurutnya kontribusi penjualan online untuk industri ponsel saat ini masih kecil dibandingkan penjualan offline.
Terlebih lagi, toko fisik mampu menawarkan pengalaman khusus bagi pelanggan yang sedang mencari ponsel baru. Misalnya dengan memungkinkan calon pembeli untuk mencoba langsung ponsel yang mereka incar. Ini tak bisa dilakukan di e-commerce.
"Kita bicara mungkin 10-15% penjualan lewat online. Sisanya masih tetap offline," jelas Hasan dalam kesempatan yang sama.
"Mereka bukan hanya untuk beli, mereka juga mengharapkan experience. Jadi offline industry itu masih sangat luar biasa," pungkasnya.