Menanggulangi Serangan Siber yang Mulai Ancam Pilpres
Hide Ads

Menanggulangi Serangan Siber yang Mulai Ancam Pilpres

Agus Tri Haryanto - detikInet
Minggu, 25 Nov 2018 11:23 WIB
Ilustrasi. Foto: internet
Jakarta - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendeteksi mulai ada serangan siber menjelang pemilu di Indonesia. Waduh, jenis serangan sibernya apa ya?

Direktur Deteksi Ancaman BSSN Sulistyo, menjelaskan ancaman serangan siber menjelang pemilihan Presiden dan legislatif, datang dari dalam dan luar negeri. Salah satu yang paling berbahaya adalah upaya menargetkan institutsi penyelenggara seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Yang utama itu hack, leak, and amplify. Yang pertama itu melakukan proses hacking. Banyak cara teknik yang digunakan untuk ganggu infrastruktur siber pemilu. Misalnya, sistem IT nya diganggu, lalu ada serangan DDOS," ujarnya dikutip dari siaran pers yang diterima detikINET, Minggu (25/11/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Lalu leak, yaitu terkaitan dengan pembocoran informasi. Ini biasanya micro targeting, misalnya menargetkan data peserta (konstituen Pemilu). Ada informasi pribadi yang sifatnya private dicuri, dan diambil," kata Sulistyo.

Direktur BSSN yang salah satu tugasnya membuat early warning system terkait ancaman siber ini, menuturkan amplify itu terkait dengan gimana memviralkan informasi yang dibocorkan tersebut.

Seperti diberitakan di media sebelumnya, salah satu serangan siber yang pernah mencuat adalah peretasan menggunakan Distributed Denial of Service atau populer dikenal dengan DDoS, yang pernah melumpuhkan situs KPU.

Tehnik serangan tersebut, dikatakan BSSN, membanjiri situs web dengan permintaan (request) tinggi pada saat bersamaan, sehingga mengakibatkan server menjadi down.

Gandeng Pihak Terkait
Kepala BSSN Djoko Setiadi mengajak semua pihak berkontribusi untuk pencegahan dan penanggulangan ancaman dan serangan siber.

"Jenis ancaman yang sudah terdeteksi itu sangat teknis, yang pasti ancaman sudah mulai banyak bertaburan, berdatangan," ungkapnya.

Kepala BSSN, didampingi oleh Deputi Identifikasi dan Deteksi Irjen Pol Drs. Dharma Pongrekun, pada hari Sabtu hadir dalam acara seminar dan workshop Peningkatan Kemampuan Deteksi dan Koordinasi Insiden Keamanan Siber Secara Nasional.

Dalam acara ini juga ditandatangani nota kesepahaman antara Kepala BSSN dengan Rektor Swiss German University Filiana Santoso untuk kesepakatan kerja sama terkait penelitian dan pengembangan akademis dalam mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di bidang keamanan siber dan sandi.

"Kita harapkan dengan kesadaran seluruh bangsa ini kita bersama-sama menciptakan situasi yang aman. Kalau kita melarang itu juga kan ada aturannya, jadi mari kita sharing hal-hal yang baik saja," ujarnya.

Selain itu, BSSN berkoordinasi dengan KPU terkait pengamanan pemilu. Penyelenggara internet dan platform media sosial, seperti Facebook dan Twitter untuk 'membentengi' hajatan pesta demokrasi tersebut pun digandeng BSSN.

BSSN bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga akan mengawasi berita dan informasi hoax. (asj/asj)