Seperti yang dijelaskan CEO Cloudera Tom Reilly dalam kunjungannya ke Indonesia. Dengan memanfaatkan data pengguna jasa perbankan yang dikumpulkan perusahaannya, Cloudera mampu mendeteksi fraud hingga pencucian uang.
"Butuh banyak data dan mengaplikasikan machine learning serta AI untuk mendeteksi fraud dengan lebih baik dan mengidentifikasi bagaimana pencucian uang terjadi," jelas Reilly saat media briefing di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (15/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun bersyukur karena saat ini perusahaan bisa memiliki akses yang lebih luas terhadap data penggunanya dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Hal itu dikarenakan jumlah data yang sangat besar akan membuat kerja AI dan machine learning lebih optimal.
Ia juga menjelaskan bahwa AI dan machine learning ini digunakan untuk dua fungsi dan tahap yang berbeda dalam mendeteksi fraud. Pertama data yang telah dikumpulkan dan dienkrispi diolah menggunakan machine learning untuk menentukan pola transaksi pengguna.
"Machine learning adalah teknik yang memungkinkan kalian untuk melihat pola di data yang tidak terlihat jelas oleh kita," kata Reilly.
"Pelanggan ini menggunakan kartu kreditnya biasanya hanya untuk membeli hal ini, nah ini ada sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Jadi fraud membalik polanya," sambungnya.
Kemudian setelah anomali dalam pola tersebut terdeteksi, maka AI yang selanjutnya secara otomatis memutuskan apakah anomali tersebut berpotensi menjadi fraud atau tidak.
"Ketika kalian melihat pola ini dan mengkombinasikannya, kalian bisa membuat keputusan. Dan keputusan adalah di mana AI digunakan," jelas Reilly.
"Kalian ingin membuat keputusan secara otomatis. Bagaimana AI bisa membuat keputusan secrara otomatis lebih baik dari manusia, berdasarkan banyak data dan pola," pungkasnya.
(vim/fyk)