Lantas, mengapa Negeri Singa yang dipilih oleh jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg itu? Ada sejumlah alasan mengapa Facebook berani menggelontorkan USD 1 miliar, atau lebih dari Rp 14 triliun, untuk membangun pusat data di Singapura.
Baca juga: Facebook Bangun Data Center Pertama di Asia |
Pertama, infrastruktur yang mumpuni dengan sudah dibangunnya jaringan broadband fiber. Terlebih, Singapura masih didaulat sebagai negara dengan pemilik kecepatan broadband tertinggi di dunia dengan rataan kecepatan download mencapai 60,39 Mbps. Sebagai gambaran, hanya butuh sekitar 11 menit untuk mengunduh sebuah film kualitas HD berukuran 5 GB di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga, lingkungan kerja di Singapura pun dianggap sangat ramah. Tidak hanya itu, negara tersebut juga dipandang memiliki tenaga kerja lokal yang mumpuni. Dua hal ini dianggap perpaduan yang baik dalam menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak di sana.
Yang terakhir, negara bekas jajahan Inggris ini juga lebih luwes dalam mengambil sikap mengenai penyimpanan dan transfer data. Menurut Facebook, Singapura lebih fleksibel ketimbang negara lain di Asia seperti China dan India, sebagaimana detikINET kutip dari CNN, Jumat (7/9/2018).
Menariknya, hal senada juga diungkapkan oleh Google yang belum lama ini mengumumkan akan membangun pusat datanya yang ketiga di Singapura. Raksasa mesin pencari itu menganggap negara tersebut memang menyimpan banyak manfaat.
Baca juga: Mark Zuckerberg Dulu Dipuji Kini Dibenci |
Selain infrastrukturnya, lokasinya yang strategis juga dianggap menjadi salah satu keuntungan tersendiri. Tidak hanya itu, Singapura juga dilihat sebagai salah satu pasar internet dengan pertumbuhan paling pesat di dunia.
"Dalam tiga tahun terakhir, lebih dari 70 juta orang di Asia Tenggara baru menikmati internet untuk pertama kali, dengan total sudah ada 330 juta pengguna internet di kawasan tersebut. Angka tersebut melebihi populasi Amerika Serikat," ujar juru bicara Google.
Satu yang patut diingat, walaupun bertempat di Singapura, pusat data tersebut bukan hanya melayani negara tersebut. Para pengguna yang berasal dari kawasan sekitarannya juga akan mendapat dukungan. Raksasa jejaring sosial ini pun menyebutkan jika pihaknya tidak ada rencana untuk membangun pusat data lainnya di Asia. (mon/fyk)