Dengan modal nekat dan uang Rp 500 ribu, pria yang akrab disapa Zoel ini memulai kembali bisnis kacamatanya lewat marketplace Bukalapak pada tahun 2013. Padahal sebelumnya ia tidak mengerti bagaimana cara berjualan secara online.
Bakat berdagang memang mengalir di darah Zoel. Orang tua dan kakek-nenek pria keturunan Minang ini merupakan pedagang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan mengandalkan angkutan umum, ia berjualan kacamata mengelilingi banyak kota di Jawa Barat. Kadang beberapa hari ia harus rela tidak pulang ke rumah.
Zoel menargetkan tempat atau acara yang ramai dengan pengunjung untuk menggelar dagangannya. Tetapi penjualan yang tidak menentu membuatnya kadang harus pulang dengan uang pas-pasan.
Ia pun mengingat kembali banyak peristiwa pahit yang ia alami saat berjualan berkeliling. Mulai dari tidur di kuburan hingga dagangan yang hanyut saat hujan.
"Saat musim kampanye, saya jualan kacamata ngampar pakai terpal. Belum kelar kita menata dagangan, tahu-tahu mendung banget. Kita tidak menyangka kalau itu hujan, tahu-tahu sudah hujan gede," kenang Zoel.
"Sudah kita tidak bisa nolong apa-apa. Kita mau lari barang ditinggal. Ya akhirnya terpaksa kita beresin sambil hujan-hujanan. Barang itu hanyut, saya pungutin, masukkin kresek, campur lumpur," sambungnya.
Anak-anaknya pun sampai mempertanyakan mengapa Zoel harus berdagang berkeliling hingga beberapa hari tidak pulang ke rumah. Akhirnya, anak tertua Zoel menyarankan untuk ia berjualan secara online.
"Anak saya yang besar, saat itu kelas 3 SMP, dia sudah punya Faceboook, sudah ngerti internet. Nah itu dia nawarin ke saya kenapa tidak jualan lewat internet saja," ujarnya.
Awalnya ia bingung dan ragu apakah strategi ini akan berhasil. Terlebih saat itu ia tidak mengerti bagaimana menggunakan internet apalagi berjualan online.
Zoel akhirnya menerima saran anaknya tersebut. Ia meminta anak pertamanya untuk mengajari bagaimana berjualan online. Ternyata Zoel cepat belajar, hanya dua kali memperhatikan anaknya ia langsung bisa mengelola toko onlinenya sendiri.
"Ya kalau kamu bisa, tolong ajari. Dia ngajarin dari buka akun, dari bikin judul, cara foto. Dari situ saya lihat caranya sekali dua kali, akhirnya lepas," ujarnya dengan wajah sumringah.
Buka Toko Bermodal Smartphone
Zoel hanya bermodal kamera smartphone dan studio mini untuk memotret barang dagangannya. Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET
|
Ia mengaku tidak langsung berjualan hingga setahun untuk memantau kompetitor. Dia tidak habis pikir mengapa banyak pelapak yang menjual kacamata dengan sangat murah. Namun Zoel yakin bahwa harga kacamatanya dapat bersaing dengan produk lain yang lebih murah.
"Yang jualan online itu tidak semua barang murah itu laku. Yang penting kita kepercayaannya harus bagus, terus cara kita balas chatnya harus bagus, service kita bagus, dan kualitas barang juga harus bagus jadi orang itu harga tidak masalah," jelasnya.
Zoel mengatakan butuh beberapa bulan untuk akhirnya mendapatkan pelanggan pertama. Tapi itu tak menyurutkan semangatnya karena termotivasi oleh keinginannya agar pelanggan mengejar dagangannya.
"Makanya saya punya dendam, bagaimana orang-orang yang jauh, yang saya datangi itu belanja ke saya gitu. Bagaimana caranya supaya mereka yang belanja ke saya dan saya di rumah. Akhirnya terjawab sekarang," ujarnya sambil tertawa.
Lapak Zoel sendiri saat ini sudah berkembang pesat. Rata-rata dalam sehari ia memproses minimal 10 transaksi dengan pendapatan bersih mencapai Rp 2.000.000 sehari. Bahkan saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2017 ia menerima hingga 50 transaksi dalam sehari. Pelanggannya kini dari seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Sulawesi hingga Papua.
Berkat keberhasilannya itu, Zoel berhasil membeli sebuah ruko yang lantai dasarnya dijadikan tempat berjualan. Untuk mengelola lapaknya, ia menggunakan laptop serta smartphone dan studio mini untuk memotret produk jualannya.
Sukses tidak membuat Zoel lupa diri. Dia pun membagikan ilmunya kepada anggota keluarga lainnya yang ingin merintis bisnis secara online.
"Adik saya ajarin, keponakan saya ajarin. Mereka sekarang sudah mandiri," ungkapnya.
Ia pun menyarankan agar mereka fokus berjualan kacamata terlebih dahulu sampai menemukan produk yang benar-benar mereka sukai untuk dijual.
"Awalnya suruh jualan kacamata, tidak suruh jualan yang lain. Supaya pintar dulu. Nanti kalo dia sudah punya feeling, punya hobi, atau punya produk yang sudah pas buat dia terserah, bebas," jelasnya.
Sukses Bersama Itu Luar Biasa
Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET
|
Dengan tiga pelapak dari Bogor lainnya, ia mendirikan Komunitas Bukalapak Bogor pada bulan Oktober 2015. Saat ini komunitas tersebut sudah memiliki 138 anggota.
Komunitas ini memiliki kegiatan rutin yang diadakan secara offline dan online. Kegiatan online-nya seperti sharing session dengan top seller lewat grup Telegram setiap dua minggu, dan juga kegiatan Bedah Lapak setiap sebulan sekali.
"Sebulan sekali kita ada juga kopdar sharing di Telegram yang kita sebut Bedah Lapak. Pedagang-pedagang yang reputasinya masih rendah atau masih baru itu kita angkat. Jadi mereka keluhannya apa, nanti yang sharing, yang kasih masukan itu top seller tadi," jelas Zoel.
Sedangkan untuk kegiatan offline-nya mereka biasa berkumpul di suatu lokasi untuk membicarakan masalah jual beli minimal sebulan sekali. Selain itu, mereka juga sering mengadakan workshop yang dipimpin seseorang yang ahli dalam bidang seperti fotografi, videografi, copywriting, dan akuntansi.
Zoel sendiri aktif di forum online komunitas Bukalapak. Lewat postingan-nya di forum tersebut, ia mencoba merekrut anggota baru untuk Komunitas Bukalapak Bogor. Selain itu, Komunitas Bukalapak Bogor juga memiliki enam orang Penggerak Pelapak. Tugas mereka adalah untuk merekrut pelapak baru atau bahkan pedagang yang belum bergabung dengan Bukalapak.
Tetapi, walaupun ingin komunitasnya berkembang dengan cepat, Zoel yang saat ini merupakan ketua Komunitas Bukalapak Bogor tetap selektif dalam memilih anggota baru.
"Itu kita seleksi juga. Mereka kalau belum punya barang jualan belum kita angkat. Minimal mereka harus punya 10 produk yang sudah diupload," jelasnya.
Walaupun belum ada penjualan, tetap kita tarik. Sebab mereka kan ilmunya belum apa-apa, kita ajari dari nol," sambungnya.
Zoel sendiri sangat bersyukur dengan adanya Komunitas Bukalapak Bogor. Ia mengatakan bahwa tanpa komunitas, lapaknya tidak akan sesukses seperti saat ini.
"Dampak komunitas ini sangat besar buat saya. Karena sebelum kita mengenal komunitas, saya ibaratkan seperti anak ayam tanpa induk. Serba sendiri, tidak ngerti harus bagaimana, tidak tahu harus berbuat apa, mau ke arah mana, dan bagaimana supaya bisa besar," jelas Om Zoel.
"Semenjak saya gabung komunitas ini, kita serba bisa, serba belajar, yang tadinya gaptek, yang tadinya galau kita dapat pencerahan,"simpulnya.