Pertanyaan tersebut ditampik Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata. Pasalnya, ketetapan kenaikan tarif sudah dimulai dari beberapa bulan lalu.
"Kenaikan tarif bukan karena demo. Kami sudah mulai dari Mei lalu," kata Ridzki saat menggelar konferensi pers terkait rencana demo saat pembukaan Asian Games di Jakarta, Selasa (7/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dipaparkan Ridzki, guna memberikan peningkatan pendapatan mitra pengemudinya, pihaknya meramu penyesuaian tarif serta teknologi untuk mendorong produktivitas. Ada tiga hal yang kemudian mereka lakukan, yakni:
1. Pendapatan mitra GrabBike direview secara berkala telah mengalami peningkatan sebesar 12% per bulan dalam 3 bulan terakhir melalui peningkatan layanan GrabBike, GrabExpress dan GrabFood.
2. GrabBike telah menaikkan argo minimum setiap perjalanan dari Rp.5.000 menjadi Rp.7.000 sehingga telah menaikkan tarif per km dari Rp.1.600 menjadi Rp.2.300 untuk perjalanan jarak pendek.
3. Melalui peningkatan teknologi berdasarkan masukan mitra pengemudi aktif, GrabBike telah meningkatkan rata-rata tarif per km secara berkala jauh diatas Rp.2.000.
Terkait tuntutan mitra pengemudi untuk menaikkan tarif menjadi Rp 3.000, Ridzki meyakini banyak mitra pengemudi Grab yang tidak senang. Karena pengaruhnya tidak ada yang mau ambil order, alhasil malah memperkecil pendapatan mitra.
"Kami selalu melihat dua sisi, yakni mitra pengemudi dan penumpang. Tentunya kami menentapkan berapa yang bisa diterima," ujarnya.
Pihak Grab pun tidak menyoalkan bila mana mitranya ingin berdemo, karena itu bagian dari kebebasan pendapat. Ia hanya menyayangkan bila demo dilakukan saat Asian Games.
Simak juga videonya 'Grab Sengaja Naikkan Tarif karena Bakal Didemo?' di sini:
"Saya rasa kurang tepat. Karena ajang akbar Asian Games itu membawa nama Indonesia. Sebaiknya kita bersama-sama mensukseskan Asian Games," pungkas Ridzki. (rns/rns)