Babak Baru Pencarian Bumi 2.0
Hide Ads

Babak Baru Pencarian Bumi 2.0

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Sabtu, 02 Jun 2018 04:32 WIB
Foto: Instagram
Jakarta - Para peneliti kini tak hanya fokus pada planet-planet di luar angkasa dalam mencari hunian baru bagi manusia, satelit alam pun juga dianggap potensial sebagai Bumi 2.0.

Sebuah tim berisikan sejumlah peneliti dari beberapa negara di dunia telah mengidentifikasi 121 planet gas raksasa yang mengorbit bintang dan berada di zona layak huni. Masing-masing planet dengan ukuran paling tidak tiga kali Bumi tersebut juga diperkirakan memiliki satelit alam yang lebih besar dari Bulan.

Berbeda dengan tata surya yang planet besar di dalamnya semacam Jupiter dan Saturnus berada jauh dari zona layak huni, sistem bintang lain justru bisa saja memiliki planet raksasa di kawasan layak huni, atau goldilocks zone, sehingga tidak memiliki suhu terlalu panas atau dingin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu kebanyakan planet-planet raksasa dianggap tidak bersahabat untuk mendukung kehidupan karena komposisi dan gravitasinya yang ekstrem.



Maka dari itu, perhatian para peneliti tersebut tertuju pada kemungkinan adanya satelit alam yang mengitari planet-planet tersebut. Satelit alam di luar tata surya, atau disebut exomoon, itu dianggap lebih mirip Bumi dibandingkan dengan planet raksasa yang mereka kelilingi.

"Menyertakan sejumlah exomoon berbatu di dalam penelitian kami untuk mencari kehidupan di luar angkasa akan memperluas tempat yang bisa kami teliti," ujar Stephen Kane, associate professor bidang astrofisikia di University California, Riverside (UCR). Kane juga salah satu penulis laporan penelitian tersebut.

Beberapa peneliti yang tergabung dalam tim tersebut bahkan berspekulasi exomoon itu bisa jadi lebih memungkinkan untuk mendukung kehidupan dari pada Bumi.



Hal tersebut dikarenakan satelit alam tidak hanya mendapat energi dari Bintang di dalam sebuah sistem tempatnya berada, namun juga dari planet yang dikelilinginya. Energi tersebut berbentuk radiasi yang dipantulkan maupun energi pasang-surut.

"Sejumlah satelit alam raksasa potensial ini bisa menjadi tempat hidup yang sempurna," begitu salah satu kalimat di dalam laporan penelitian tersebut, sebagaimana detikINET kutip dari Cnet, Sabtu (2/6/2018).

Sayangnya, sampai saat ini belum ada satu pun exomoon yang dapat dikonfirmasi maupun dipastikan keberadaannya. Untuk itu, penelitian berikutnya akan fokus dalam membuat sebuah database berisi planet raksasa yang sudah diketahui sebelumnya agar bisa diteliti lebih dekat.

"Studi berikutnya akan membantu dalam merancang desain teleskop di masa depan sehingga kami bisa mendeteksi exomoon tersebut, sekaligus mempelajari karakteristik dan tanda-tanda kehidupan di dalamnya," ujar Michelle Hill, mahasiswa di University of Southern Queensland sekaligus penulis utama dari laporan tersebut. (rou/rou)