Menkominfo ke Bos Facebook: Anda Jangan Buang Badan
Hide Ads

Menkominfo ke Bos Facebook: Anda Jangan Buang Badan

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 07 Mei 2018 18:24 WIB
Foto: Menteri Rudiantara dan petinggi Facebook (Grandyos Zafna/detikINET)
Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendesak Facebook agar tidak buang badan terkait kasus kebocoran sejuta data pelanggan di Indonesia.

Ia pun mendesak Facebook agar tidak berdiam diri menunggu hasil investigasi yang dilakukan otoritas Inggris terkait penyalahgunaan data pengguna ini.

Desakan tersebut disampaikan saat Vice President Public Facebook Asia Pasific Simon Milner datang menyambangi Gedung Kementerian Kominfo, Jakarta, Senin (7/5/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya desak terus ungkap pengguna Facebook di Indonesia bahwa dia juga ada upanya. Nggak didiamkan, 'oh, sekarang sama Inggris, terus didiamkan gitu saja'. Saya bilang nggak boleh gitu dong," ujar Rudiantara di Gedung Kominfo.


Rudiantara mengungkapkan di saat investigasi yang dilakukan oleh Inggris, yakni Komisioner Informasi Inggris (ICO) berlangsung, maka Facebook dapat melakukan kegiatan juga.

Kemudian, Menkominfo memberi contoh, Facebook dapat menelusuri apakah ada aplikasi serupa Cambridge Analytica yang mencuri data pengguna Facebook sejak tahun 2014. Lalu, Facebook juga bisa meningkatkan kinerja perusahaan untuk segera mengatasi konten-konten negatif yang tersebar di platformnya.

Sejauh ini, mengenai kinerja Facebook saat mengatasi konten negatif di platformnya, baru mencapai skor 68%, di mana angka ini meningkat yang pada akhir tahun lalu hanya di angka 50%.

"Saya bilang gini, Anda jangan lempar badan gitu karena auditnya (masih tertahan) karena Inggris. Sudah gitu, perusahannya (Cambridge Analytica) sudah bangkrut," sebutnya.

Diberitakan sebelumnya, ternyata data Facebook yang bocor itu lebih buruk dari sebelumnya, yakni bukan 50 juta, melainkan sampai 87 juta pengguna. Bahkan sekitar sejuta di antaranya ada dari Indonesia.


Chief Technology Officer Facebook Indonesia Mike Schroepfer, mengungkapkan perusahaannya telah berbagi data hingga 87 juta dengan perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica. Dari jumlah tersebut, sebagian besar pengguna yang terkena dampak berada di Amerika Serikat.

Tapi paling mengejutkan, dari data yang disajikan Chroepfer, ada nama Indonesia di daftar negara yang data penggunanya dibagi ke Cambridge Analytica. Jumlahnya cukup banyak, yakni 1.096.666 atau sekitar 1,3% dari total jumlahnya. Angka tersebut membuat Indonesia berada di urutan ketiga setelah Amerika Serikat dan Filipina. (jsn/rou)