Viral Burung Surakav yang Ternyata Hoax
Hide Ads

Kolom Telematika

Viral Burung Surakav yang Ternyata Hoax

Penulis: Alfons Tanujaya - detikInet
Kamis, 26 Apr 2018 15:20 WIB
Ilustrasi: Mindra Purnomo/detikcom
Jakarta - Dalam beberapa hari belakangan, di ranah media sosial Indonesia beredar postingan mengenai burung bernama Surakav. Netizen awam dibuat terkagum-kagum pada burung ini.

"Burung ini bernama Surakav. Diperlukan 19 fotografer selama 62 hari utk mendapat foto yg lengkap. Dia berubah warna setiap bbrp detik... dlm video yg pendek ini. Silakan nikmati keajaiban dari ciptaan Allah yg sangat indah."

Viral Burung Surakav yang Ternyata Hoax Foto: Vaksincom


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentu saja ini merupakan fakta langka yang diracik dengan bumbu dramatis sehingga menghasilkan hoax yang sedap. Lucunya, hoax ini laris dimakan mentah-mentah dan tanpa dicek ulang, langsung disebarkan tanpa pikir panjang. Hal ini terjadi baik di WhatsApp maupun Facebook.

Viral Burung Surakav yang Ternyata Hoax Foto: Vaksincom




Dan ternyata, bukan hanya orang Indonesia yang termakan dan menyebarkan hoax ini. Pengguna Facebook Malaysia dan sejumlah YouTuber India pun ikut menyebarkan video ini dengan bangganya. Hasilnya, pengamat burung memberikan komentar pedas di video YouTube tersebut.

Viral Burung Surakav yang Ternyata Hoax Foto: Vaksincom


Faktanya

Burung yang diklaim bernama Surakav ini sebenarnya adalah jenis Hummingbird Broad Tailed dengan nama ilmiah Selasphorous platycercus. Keunikan yang diklaim memiliki kemampuan berubah warna sebenarnya adalah ilusi optik dimana pada spesies jantan di bagian bulu penutup lehernya memiliki keunikan warnanya akan berubah jika dipandang dari sudut yang berbeda, jadi sebenarnya tidak ada perubahan warna.

Diperkirakan kemampuan ini bertujuan untuk menarik Hummingbird betina. Burung ini cukup mudah ditemui di Amerika Serikat bagian Barat, Meksiko dan Guatemala. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan burung ini ke dalam
kategori LC Least Concern dalam tingkat kelangkaannya sehingga burung ini cukup mudah ditemui di habitatnya.

Karena itu, dapat dipastikan tidak membutuhkan 19 kameraman dan 62 hari untuk
membuat video yang diviralkan. Jumlah yang cukup banyak dan tidak kalah dengan tim pembuat film Avengers. Sangat tidak masuk akal bukan?

Jangan Mudah Percaya


Meski hal ini sudah disadari oleh sebagian kecil pengguna media sosial, Vaksincom merasa perlu mengangkat hoax ini. Pasalnya, teknik pembuatan hoax semacam ini berpotensi digunakan untuk memviralkan hoax bermuatan SARA atau politis yang bertujuan menciptakan kekhawatiran yang tidak perlu dan ketidakpastian di masyarakat.

Dalam pengamatan Vaksincom, hoax Surakav menggunakan 'resep' dasar:

1. Menggunakan fakta yang langka dan menarik dan jarang atau tidak diketahui orang awam dan hanya diketahui oleh komunitas pecinta burung Hummingbird.

2. Mendramatisir kesulitan mendapatkan video yang dibagikan dengan mengklaim diperlukan 19 fotografer dan 62 hari untuk membuat video ini.

Belajar dari kasus Surakav, kembali lagi pada pengguna media sosial, diharapkan untuk tidak mudah terbuai oleh fakta yang menarik, menyentuh hati, sadis, bombastis atau keren dan langsung mempercayai dan menyebarkannya.



Jika teknik ini digunakan untuk menyebarkan kekacauan, ketakutan dan permusuhan dengan hanya berbekal video atau foto yang menarik, tindakan kekerasan, atau vulgar, maka penyebarannya yang memviral sangat berpotensi menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.

Pengguna media sosial diharapkan untuk dewasa dan menghindari prinsip 'sharing broadcast is caring' menjadi 'jarimu harimaumu' agar lebih berhati-hati sebelum mempercayai dan menyebarkan sebuah pesan.


*) Alfons Tanujaya, ahli keamanan cyber dari Vaksincom, aktif mendedikasikan waktu untuk memberikan informasi dan edukasi tentang malware dan sekuriti bagi komunitas IT Indonesia.




Tonton juga video "Yuk, Tumbuhkan Sikap Kritis untuk Melawan Hoax":

[Gambas:Video 20detik]


(rns/rou)