Stasiun Antariksa Tiangong-1 Hantam Bumi, Indonesia Aman
Hide Ads

Stasiun Antariksa Tiangong-1 Hantam Bumi, Indonesia Aman

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 02 Apr 2018 09:29 WIB
Ilustrasi pecahan Tiangong-1 Foto: Aerospace Corp.
Jakarta - Stasiun luar angkasa Tiangong-1 dinyatakan telah jatuh di Samudera Pasifik, usai menjadi kekhawatiran sejumlah negara, termasuk Indonesia, karena cemas tertimpa wahana antariksa seberat 8,5 ton tersebut.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, menuturkan bahwa Tiangong-1 pada lintasan terakhir melewati lautan Pasifik, Amerika Selatan, lautan Atlantik, Afrika, Asia Tengah, dan bagian timur Asia Tenggara.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari data orbit terakhir dari Space-track, Tiangong-1 telah jatuh di lautan Pasifik sekitar pukul 07.16 WIB," ujar Thomas kepada detikINET melalui pesan singkatnya, Senin (2/4/2018).

Mengenai bentuk Tiangong-1 sendiri usai mengalami reentry atau kembali ke atmosfer seperti apa, LAPAN mengatakan untuk saat ini masih belum diketahui, karena stasiun langsung jatuh ke lautan.

Kendati begitu, sebelumnya disampaikan Tiangong-1 jatuh ke Bumi tidak dalam keadaan utuh alias sudah hancur berkeping-keping di atmosfer. Sehingga saat menghantam Bumi, benda tersebut akan terbagi-bagi dalam bagian kecil.

Titik jatuh stasiun luar angkasa Tiangong-1 di Samudera PasifikTitik jatuh stasiun luar angkasa Tiangong-1 di Samudera Pasifik Foto: Aerospace Corp.



Diketahui, pertama kali diluncurkan pada 29 September 2011, stasiun luar angkasa pertama Negeri Tirai Bambu tersebut mengorbit di ketinggian 350 kilometer.

Ketika itu, Tiangong-1 merupakan muatan dari Long March 2F yang diluncurkan di Jiuquan Satellite Launch Center, China.

Stasiun luar angkasa berbentuk tabung dengan panjang 10,4 meter berdiameter 3,4 meter dan dilengkapi bentengan panel surya di kedua sisinya ini, pernah ditempati para penjelajah antariksa dari China.



Namun sejak 2016, Tiangong-1 sudah tidak dapat dikontrol lagi dan mulai turun orbitnya. Stasiun luar angkasa China itu berpotensi jatuh ke Bumi di wilayah pada rentang 43 derajat lintang utara sampai 43 derajat lintang selatan, termasuk Indonesia di dalamnya.

(agt/afr)