Seperti diketahui, hari tanpa bayangan terjadi pada Rabu (21/3) yang saat itu Matahari sedang berada tepat di garis khatulistiwa. Wilayah yang berada dilalui khatulistiwa ini, salah satunya Indonesia, berdampak pada siang hari, tampak tak memiliki bayangannya.
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memperlihatkan bagaimana satelit miliknya memotret Bumi saat equinox atau penanda pergantian musim. Di Bumi belahan utara mengawali musim panas dan belahan selatan memasuki musim dingin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selamat musim semi #equinox dan selamat #firstdayofspring! Hari ini panjangnya waktu malam dan siang hampir sama. Hari sekarang akan menjadi lebih lama di garis lintang yang lebih tinggi karena Matahari lebih lama terbit dan terbenam," kicaunya.
Happy Spring #Equinox and happy #firstdayofspring! Today the length of night and day are nearly equal. The days will now become longer at the higher latitudes because it takes the sun longer to rise and set. More satellite imagery: https://t.co/mbgRYot60A pic.twitter.com/kGlGhM5V58
β NOAA Satellites (@NOAASatellites) March 20, 2018
Dikutip dari Space, Jumat (23/3/2018) titik balik musim semi terjadi ketika Matahari melewati tepat di garis khatulistiwa dari perspektif Bumi.
Belahan Bumi di utara mulai miring ke arah Matahari sehingga siang akan menjadi lebih lama di wilayah tersebut. Sementara Bumi di wilayah selatan siang harinya menjadi lebih pendek.
Untuk memberikan pemandangan terkait cuaca yang lebih detail lagi, NOAA berencana untuk meluncurkan wahana antariksa bernama GOES-West yang baru. Dijadwalkan diluncurkan pada bulan ini.
Bermitra dengan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), satelit yang disebut punya kemampuan mata elang ini akan membantu memantau cuaca ekstrim di bagian barat Amerika Serikat dan Samudera Pasifik bagian timur sebagai bagian dari GOES-East. (agt/fyk)