Twitter Temukan 50 Ribu Akun Bot Rusia Pendukung Trump
Hide Ads

Twitter Temukan 50 Ribu Akun Bot Rusia Pendukung Trump

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 21 Jan 2018 13:39 WIB
Foto: Istimewa/Internet
Jakarta - Twitter mengumumkan informasi terbaru yang mengungkap tabir adanya akun robot (Bot) terkait Rusia pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang dimenangkan oleh Donald Trump.

Seperti dikutip detikINET dari postingan blog Twitter, Minggu (21/1/2018), Twitter menemukan 13.512 akun lainnya yang diduga sebagai akun bot terkait campur tangan Pilpres AS yang berasal dari Rusia. Total sejauh ini, ada 50.258 akun bot yang terlibat dalam isu ini.

Dalam postingan blognya, Twitter juga mengatakan akun-akun tersebut merepresentasikan sekitar 0,016% dari total pengguna Twitter saat ini. Namun jejaring sosial berlogo burung biru itu menekankan bahwa pihaknya serius menangani temuan ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aktivitas semacam itu merupakan tantangan bagi masyarakat demokratis di mana saja. Kami berkomitmen terus bekerja menangani isu penting ini," ujar Twitter.



Akun Twitter diduga terkait Rusia hanyalah salah satu bentuk campur tangan komprehensif mempengaruhi kampanye Pilpres AS di 2016, yang memenangkan Donald Trump.

Bot semacam ini, baik di Twitter maupun Facebook, bekerja sistematis secara rutin mempromosikan informasi yang salah dan menyebar propaganda yang seakan memuji-muji Trump dan merendahkan lawan politiknya saat itu, Hillary Clinton.

Temuan Twitter juga mengungkapkan, saat masih menjadi kandidat Presiden AS, akun Twitter Trump terlihat aktif berinteraksi dengan sejumlah akun bot.



Tak hanya Twitter, Facebook dan Google pun diminta memberikan keterangan terkait isu ini. Mereka menjadi bagian dari investigasi anggota parlemen dan Departemen Kehakiman AS.

Facebook sendiri diminta menyerahkan sebanyak 3.000 iklan politik pada parlemen AS. Iklan itu diduga didanai oleh pihak tertentu di Rusia selama kampanye Pilpres.

Rusia selama ini memang dicurigai turut membantu Donald Trump menjadi Presiden AS melalui aktivitas di dunia cyber. Namun dugaan ini selalu dibantah Trump, demikian juga oleh otoritas Rusia. (afr/rou)
Berita Terkait