Lowongan pekerjaan ini diumbar oleh Blued β nama aplikasi gay yang dimaksud. Dalam iklannya yang sampai ke meja redaksi detikINET disebutkan bahwa posisi yang kosong adalah staf marketing dengan status karyawan tetap.
Tugasnya antara lain untuk membantu Blued melakukan kegiatan pemasaran lokal, pengembangan bisnis, kegiatan terkait media, negosiasi serta eksekusi proyek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini tentu menjadi sebuah ironi. Terlebih pemerintah -- Kementerian Kominfo khususnya β selalu berkoar-koar bakal terus memerangi konten negatif di ranah digital Indonesia.
Pendiri IndoTelko Forum Doni Ismanto mengaku sudah menginformasikan soal tindak tanduk aplikasi Blued ke Kominfo secara informal pada Juli lalu. Waktu itu ada beberapa keluhan karena iklan mereka vulgar di Twitter.
"Kominfo waktu itu bilang akan koordinasi sama Twitter dan akan minta setop. Tapi kemarin di Path mendadak viral iklan lowongan itu dan asli saya kaget. Ternyata belum ditutup, baik aplikasinya atau penayangan iklan di medsos," ungkapnya saat dikonfirmasi detikINET, Kamis (15/9/2016).
"Bagi kami itu jelas penghinaan akan kedaulatan NKRI. Mereka seperti menantang pemerintah dengan malah membuka lowongan secara resmi," Doni menegaskan.
Selain itu, kejadian ini juga membuktikan bahwa peran Panel Konten Negatif yang digagas Kominfo belum efektif dalam memantau gejolak di masyarakat terutama dunia maya.
"Polri saja sudah minta ada penutupan 18 aplikasi berbau gay. Ini malah ada iklan lowongan kerja, jelas-jelas menantang wibawa NKRI di dunia maya," lugasnya.
Kewibawaan NKRI di dunia maya ini dianggap penting, apalagi sekarang kita sudah berada di era digital yang tak bisa dipisahkan dengan interaksi dari pemerintah dan masyarakat di dalamnya.
"Kalau sampai ada pakai kata 'berdoa' semoga direspons pemilik platform itu benar-benar menunjukkan kita ini 'lemah'. Saatnya itu RPM OTT dan turunan PP PSTE dikeluarkan dan dijalankan agar Indonesia berdaulat di era digital. Ini demi anak cucu kita," Doni menandaskan. (ash/fyk)