'Pengokot' dan Email-Email Sejenisnya
Hide Ads

News From Blog

'Pengokot' dan Email-Email Sejenisnya

- detikInet
Kamis, 09 Mar 2006 11:37 WIB
Jakarta - Hanya sehari setelah saya mendapat pertanyaan lewat Yahoo! Messenger dari seorang teman di Bandung tentang 'staples' yang kemudian dikaitkan dengan 'okot', 'mengokot', dan 'pengokot', esoknya di mailing list yang beranggota aktif teman-teman di Groningen, Belanda, email tersebut muncul. Saya yang sebelumnya tidak menyangka bahwa pertanyaan teman lewat Yahoo! Messenger tadi berasal dari email, langsung membayangkan: berarti sedang terjadi gelombang penyebaran email berisi 'inovasi' dari sebuah surat pembaca di Majalah Tempo.Untuk sementara semua email yang bersubjek Bahasa Indonesia-nya STAPLER, JEKREKAN, JEPRETAN atau variannya saya biarkan lewat, hanya sekali saya komentari dalam bentuk 'catatan'. Sampai akhirnya di mailing list Technomedia saya peroleh taut ke blog penulis 'stapler' tadi, yaitu Agung atau Mbot, di Mbot's HQ. Agung menceritakan tanggapan yang diterima dan dari salah satu bagian paragrafnya,Tulisan Agung tentang email-email dia yang disebar lewat mailing list dan menghasilkan efek domino sedikit-banyak menggambarkan perangai banyak pemakai email terutama di mailing list publik. Begitu terdapat sebuah pesan yang dianggap menarik, tanpa banyak pertimbangan langsung diteruskan --seringkali masih ditambahi penekanan bahwa pesan itu adalah berita penting.Cobalah untuk menahan diri. Menghadapi email bertumpuk tanda baca '>' di awal baris pesan (menunjukkan sudah diteruskan berkali-kali oleh klien email) atau tag 'Fwd' (forward) di subjek, jangan menjadi latah untuk meneruskannya ke forum lain lagi.Bersikap kreatif. Kumpulkan beberapa kata kunci yang terdapat di email dan masukkan ke mesin pencari untuk mendapatkan gambaran pesan yang disebarkan: sekadar email yang berseliweran, email berisi pesan yang perlu dibandingkan dengan rujukan yang lebih sahih (entri 'stapler' dan 'staples' dapat diperoleh di Kamus Umum Bahasa Indonesia), atau hoaks pendatang baru?Senantiasa menyebut sumber rujukan. Mengirimkan email untuk pihak lain yang bukan tulisan kita sendiri tetap dituntut penyebutan rujukannya. Walaupun penulis sudah merelakan hasil karyanya disebarkan seperti halnya yang dikemukakan Agung di blognya, mari belajar menghormati jerih payah orang lain antara lain dengan menuliskan identitas yang bersangkutan. Manfaat lainnya: dengan menyebut sumber rujukan, penerima pesan tetap dapat memeriksa silang materi yang diterima.Kisah email 'pengokot' ini akan saya masukkan sebagai ntri di Wiki #direktif, selain kumpulan email hoaks yang sudah disediakan di sana.Salut untuk Agung, sudah empat tulisan dia yang beredar secara efek domino di belantara mailing list."Artikel diambil dari blog Direktif.web.id, atas persetujuan pengelolanya. Judul artikel bisa disesuaikan, tanpa mengubah/mengurangi makna."blogpedia (wsh/)
Berita Terkait