Pembajakan, 'Jalan Tol' Artis Tecnobrega
Selasa, 23 Okt 2007 10:36 WIB

Belem, Brasil - Negara-negara di dunia tengah gencar menyuarakan anti pembajakan. Namun, yang terjadi di Brasil justru bisa dibilang kebalikannya.Salah satu kota di Negeri Samba ini, yakni Belem yang berada di mulut sungai Amazon terkenal dengan julukan 'surganya pembajakan'. Di sepanjang kaki lima kota ini mudah ditemui ribuan kepingan CD maupun DVD bajakan yang dijual dengan leluasa.Selain itu, Belem juga merupakan ladang subur bagi tumbuhnya musik tecnobrega, yakni pergeseran musik yang memberikan penghargaan pada musisi dan produser yang lebih memandang kopian sebagai barang dagangan daripada sebuah bentuk pencurian hak milik intelektual. Akibatnya, alunan melodi tecnobrega terdengar hampir di segenap penjuru kota, mulai dari mobil hingga kapal-kapal di sungai.Artis tecnobrega memandang pembajakan sebagai kunci sukses bagi karir mereka. Mereka cukup melempar CD rekaman ke pedagang kaki lima, yang nantinya akan menentukan harga pasaran mereka. Fenomena ini juga dipandang jamak ditemui di belahan dunia lain, seperti Argentina dan Amerika Serikat (AS) dengan musik hip hopnya."Pembajakan merupakan jalan mendongkrak popularitas. Tak ada cara untuk menghentikannya," ujar Gabi Amarantos, salah satu artis tecnobrega. Ia dianggap sukses dalam menjual karyanya dengan cara ini, sehingga cukup sering tampil dalam TV Brasil.Artis tecnogreba juga mengirimkan e-mail berisi MP3 ke produser dan DJ yang kemudian membuat kopian CD tersebut untuk selanjutnya dijual ke pedagang kaki lima, seharga 50 sen. Bandingkan dengan harga CD legal yang dibanderol seharga $15 (US$ 1 = 9133, sumber: detikcom)."Ini merupakan jenis musik yang berbeda dari jenis musik yang lain, liar, sungguh jenius," komentar John Perry Barlow seorang pencipta lirik untuk Grateful Dead dan pendiri Electronic Frontier Foundation.Barlow memandang bahwa tecnobrega membuka kesempatan bagi anak-anak Brasil untuk berkarya, dan menghasilkan banyak uang. Sementara itu, Roaldo Lemos, seorang pakar hukum menilai bahwa technobrega merupakan suatu bisnis baru di era digital, dimana musik bertransformasi dari barang ke servis."Tahun ini pihak label rekaman hanya merilis sekitar 40 rekaman artis Brasil, sedangkan artis technobrega mampu merilis sekitar 400," ujar Lemos. "Pihak label rekaman memandang bahwa jika hak milik intelektual tidak dilindungi, tidak akan ada inovasi. Namun, tecnobrega mementahkan hal ini," tambahnya.Label Tetap KeukeuhPihak label rekaman tentu saja tidak sependapat dengan hal ini, mereka keukeuh menilai bahwa tecnobrega menyuburkan praktek pembajakan, yang mengakibatkan kerugian pada perekonomian Brasil dimana negara harus kehilangan pajak penghasilan senilai US$15 miliar."Pembajakan mengakibatkan industri musik dan film tidak bisa berinvestasi bagi generasi mendatang. Pendapatan yang kecil mengakibatkan kurangnya dana untuk melakukan regenerasi artis baru," dalih Andre Borges, direktur umum Asosiasi Anti Pembajakan Brasil, seperti dikutip detikINET dari Newsvine.com, Selasa (23/10/2007).Berdasarkan laporan Federasi Internasional Industri Pornografi, Brazil merupakan negara dengan pembajakan terbesar di dunia, dalam setahun terjadi lebih dari 1 miliar kasus pembajakan. Fenomena pembajakan tampaknya akan terus bergulir di negara ni. Pasalnya, tecnobrega yang menyuburkan praktek pembajakan tidak dapat dihentikan begitu saja, karena tecnobrega juga merupakan mesin uang bagi warga Brasil, menopang perekonomian Belem dengan menghasilkan US$5 juta perbulan.Tecnobrega akan terus berkembang, karena untuk bermusik para musisi hanya membutuhkan dana kecil dan peralatan seadanya. Cukup bermodalkan keyboard dan seorang penyanyi mereka sudah bisa berkarya sekaligus mencari penghasilan. Di sisi lain, warga Brasil juga lebih memilih membeli CD bajakan karena lebih terjangkau oleh kantong mereka.
(ash/ash)