Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan telah menurunkan atau take down ribuan hoax berbentuk deepfake. Bahkan, salah satu korbannya adalah konglomerat tanah air.
Direktur Jenderal Informasi Komunikasi dan Publik (Dirjen IKP) Kementerian Kominfo, Prabu Revolusi, menceritakan bahwa ia pernah dihubungi oleh salah satu konglomerat Indonesia. Dalam komunikasi tersebut, orang tajir itu mengeluhkan ada akun media sosial yang menirukan sebagai dirinya alias pakai deepfake untuk mengelabui korban.
"Mungkin 3-4 hari lalu ya, kami men-takedown konten di salah satu platform, ada satu konglomerat dipakaikan deepfake, menggunakan AI. Jadi, dia ngomong 'Kalau mau kaya follow akun saya dan daftar di nomor yang di bawah ini', pakai deefake," ujar Prabu di Gedung Kementerian Kominfo, Jakarta, Jumat (13/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prabu mengatakan karena tampilan dari video tersebut menyerupai konglomerat RI, para pengikut di media sosial itu pun terbilang banyak, yakni sampai 300-400 followers. Agar tidak masyarakat yang terjerumus, Kominfo langsung bertindak cepat dengan men-take down akun yang dimaksud.
"Saya dihubungi langsung orang dari si konglomerat ini yang kasih tahu bahwa itu bukan saya, itu palsu. Itu di luar enggak bisa bedain itu palsu atau enggak karena persis banget dengan teknologi. Makanya proses take down-nya pun sudah nggak bisa lewat sistem, sudah ditelepon, ini ada prioritas, karena takutnya ketipu," tuturnya.
Ketika ditanya berapa akun maupun postingan hoax deepfake yang telah diturunkan oleh Kominfo, Prabu tidak mengetahui angka secara pasti. Akan tetapi, ia memastikan bahwa jumlahnya sudah ribuan.
"Kalau angka pastinya, saya harus cek datanya ya, saya enggak hafal datanya. Tapi, apakah banyak? Iya mungkin ribuan konten ya, ribuan akun atau konten yang di-take down, baik melalui inisiatif dari Kominfo ataupun juga yang langsung dari platform," ucap Prabu.
"Karena platform juga punya moderasi sendiri dan mereka juga melaporkan kepada kita akun ataupun konten mana saja yang terindikasi penipuan untuk di-take down itu ribuan itu," pungkasnya.
(agt/fay)