Sejumlah penulis menggugat OpenAI dan Meta atas dugaan pelanggaran hak cipta dengan sistem large language models (LLMs) mereka. Penegak hukum dari firma Joseph Saveri mengatakan bahwa teknologi dari ChatGPT dan LLaMA menghasilkan konten yang berasal dari 'campuran dari ribuan buku dengan hak cipta dan lainnya tanpa konsen, kompensasi atau kredit'.
Menurut pengajuan Pengadilan Distrik AS terhadap OpenAI, pengacara penggugat memberikan beberapa contoh yang diambil dari kumpulan data pelatihan GPT-3.5 dan GPT-4 yang menyoroti teks berhak cipta yang diambil dari sumber online seperti Library Genesis dan Z-Library. Situs web tersebut menawarkan jutaan buku, artikel ilmiah, dan teks lain sebagai file eBuku untuk pengguna, yang sering kali tanpa persetujuan penulis atau penerbit.
Dalam kasus pengajuan Saveri terhadap Meta, dilacak beberapa kumpulan data LLaMA berasal dari library serupa yang disebut Bibliotek.
"Sejak rilis sistem ChatGPT OpenAI pada Maret 2023, kami telah mendengar dari penulis, pengarang, dan penerbit yang mengkhawatirkan kemampuannya yang luar biasa untuk menghasilkan teks yang serupa dengan yang ditemukan dalam materi tekstual berhak cipta, termasuk ribuan buku," ujar pengacara penggugat .
"Kecerdasan buatan generatif hanyalah kecerdasan manusia, dikemas ulang dan dipisahkan dari penciptanya," lanjutnya seperti dilansir Popular Science, Rabu (12/7/2023).
ChatGPT adalah chatbot AI yang dirilis oleh OpenAI pada 30 November 2022. Sementara LLaMA adalah generator bahasa AI baru dari Meta yang diluncurkan pada 27 Februari 2023. Keduanya beberapa kali mendapat sorotan dari banyak pihak mengenai informasi yang disampaikan dari AI tersebut.
Simak Video "Video: Penggunaan ChatGPT Melesat, OpenAI Sentuh Pendapatan Rp 162,7 T"
(ask/fay)