Dimulai sejak tahun ini, wajah pertelevisian RI mulai berubah dari analog ke digital. Saat ini proses migrasi sedang berjalan sampai akhirnya dalam waktu dekat, semua siaran di Indonesia menggunakan teknologi digital.
Lantas apa saja keunggulan sinyal TV digital jika dibandingkan dengan analog? Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) menjelaskan teknologi sinyal digital memungkinkan pemirsa untuk menikmati sajian gambar bersih, dengan suara suara yang lebih jernih.
"Hingga saat ini, teknologi penyiaran analog masih mendominasi penyiaran. Teknologi tersebut hendak dinaikkelaskan dengan menggunakan teknologi digital. Teknologi penyiaran digital lebih pintar, efisien dalam mengemas dan membawa data hingga ke tujuan," kata Tim Komunikasi Publik Migrasi TV Digital Kemenkominfo dalam rilis resminya, Sabtu (14/5/2022).
Prinsip utama teknologi digital adalah mengubah data menjadi denyutan (pulse). Data atau informasi, dalam hal ini berupa gambar dan suara, yang akan dikemas dalam susunan digit/angka 0 dan 1. Adapun angka 0 dan 1 mewakili ada atau tidak adanya pulsa/denyutan/muatan. Angka 1 berarti ada muatan (denyut/pulse), 0 berarti tidak ada.
"Angka 0 dan 1 itu secara teknis disebut kode biner (atau Hexa). Angka 0 dan 1 itu seperti 26 abjad, atau tujuh not dalam tangga nada. Dari 26 huruf saja, bisa dihasilkan jutaan lembar tulisan. Demikian juga dengan 0 dan 1 itu bisa menghasilkan jutaan informasi. Tinggal memainkan kombinasinya saja," paparnya.
Sementara teknologi analog mengemas data yang hendak disiarkan dalam rupa modifikasi amplitudo, frekuensi, atau phase (sudut) sinyal. Bukan mengubahnya dalam bentuk denyutan 0 dan 1, sehingga membutuhkan tenaga lebih besar untuk menjaga konsistensinya hingga diterima penonton.
"Gangguannya banyak, mulai dari cuaca hingga kondisi fisik permukaan bumi. (adanya gunung, bukit, atau gedung tinggi). Itulah kenapa, menara pemancar disebar di titik tertentu supaya kualitas data yang ditransmisikan terjaga kekuatan dan konsistensinya," ungkapnya.
Karena itu, teknologi digital disebutnya lebih ringkas. Ibaratnya, puluhan film bisa dibawa dalam satu flashdisk sebesar korek api. Data yang diubah dalam bentuk pulsa (0 dan 1), lebih enteng saat ditransmisikan.
Dengan pengkodean yang lebih sederhana, siaran berteknologi digital minim gangguan. Bila pun ada gangguan, akan mudah untuk dikoreksi.
"Keringkasan pengemasan, turut mempermudah transmisi data berjumlah besar dalam tempo cepat, mendekati seketika. Dengan kata lain, data berkualitas tinggi (gambar bersih, suara jernih), mudah dan lancar ditransmisikan dengan teknologi digital. Hasilnya, sekali lagi adalah tontonan mengenakkan mata dan memanjakan telinga pemirsa televisi," paparnya.
Teknologi digital inilah yang hendak digunakan di teknologi penyiaran. Pemirsa televisi analog, cukup menambahkan set top box saja. Tidak harus selalu ganti pesawat televisinya.
Simak Video "Video: 5G Jadi Fokus Utama Infrastruktur Kemkomdigi "
(ncm/ega)