Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan langsung membantah isu tersebut. Dikatakan olehnya, mesin sensor yang diadakan oleh Kominfo ini tidak memiliki spesifikasi DPI.
"Ini bukan sistem yang digosipin seperti di luar-luar yang ada DPI, tidak. Kita tidak membeli sistem DPI," jawab Semuel dengan tegas di konferensi pers di Kementerian Kominfo, Jakarta, Senin (9/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan rocket science. Kita mau bikin mesin crawling content atau website. Dulu itu manual di mana orang-orang harus buka satu per satu website, sekarang jadi lebih cepat dan efektif," sebutnya.
Sadap Medsos?
Di samping terus menapis konten-konten negatif di internet dan dari situs, bagaimana dengan konten-konten yang ada di media sosial?
Dirjen yang akrab disapa Semmy ini menjelaskan penanganan konten negatif di media sosial seperti Facebook, Twitter, ataupun Instagaram, tidak akan sama dengan yang dilakukan untuk website.
Kominfo akan berkoordinasi dengan penyedia media sosial. Bila ada akun yang menyebarkan konten negatif, Kominfo akan segera memberi informasi kepada mereka agar menurunkan konten tersebut.
"Menyangkut media sosial, kita akan koordinasi. Kalau ada yang melanggar perundang-undangan, contohnya ada di Facebook, kita kasih tahu Facebook untuk men-take down, kalau tidak berarti mereka ikut serta," ungkapnya.
Untuk saat ini, mesin sensor internet tersebut belum bisa dioperasikan karena baru selesai dilakukan tender oleh Kementerian Kominfo.
Proses tender sendiri telah berlangsung sejak 30 Agustus 2017 dan baru diumumkan pemenangnya pada 6 Oktober 2017. Setelah itu, memasuki masa sanggah mulai dari 6-10 Oktober 2017 yang diakhiri penandatangan kontrak pada 12 Oktober 2017.
Lelang mesin sensor internet dengan nilai pagu mencapai Rp 211 miliar. Pemenang dari tender ini adalah PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT Inti) yang menyisihkan 71 peserta lainnya.
Nilai pagu paket mesin sensor internet ini mencapai Rp 211.872.500, sementara untuk nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) tercatat sebesar Rp 211.870.060.792. Sedangkan, PT Inti menang lelang dengan memberikan harga penawaran Rp 198.611.683.606 dan harga terkoreksi Rp 194.059.863.536 dengan skor 70 dan skor akhir 94.
Semuel mengatakan mesin sensor akan resmi dioperasikan pada awal tahun depan. "Januari 2018 mesin ini sudah bisa jalan (beroperasi)," ucapnya. (rou/rou)