Bedanya Publik dan Pro Player Esports di Makro, Mental, dan Komunikasi
Hide Ads

Bedanya Publik dan Pro Player Esports di Makro, Mental, dan Komunikasi

Panji Saputro - detikInet
Kamis, 14 Sep 2023 22:13 WIB
Poco kembali menggelar event esports bertajuk Poco Extreme League Season 2. Dari sini para pesertanya bisa menjadi pro player.
Ternyata makro, mental, dan komunikasi menjadi permasalahan bagi setiap pemain game esports. (Foto: Panji Saputro/detikINET)
Jakarta -

Sebenarnya apa sih masalah yang umumnya dialami oleh para pemain game esports. Apakah mereka yang masih masuk kategori publik dan para pro player punya kendala sama?

Setelah detikINET menanyakannya langsung ke Kris Lionheart, Coach Poco Extreme League cabang Mobile Legends, ternyata beda. Ditemui dalam acara peluncuran Poco Extreme League Season 2 di Point Arena, Kamis (14/9/2023), ada beberapa perbedaan.

Namun Kris menekankan, bahwa permasalahannya bukan di mekanik permainan para pemain. Hal ini mengingat, baik itu level komunitas maupun pro player, mereka punya kemampuan yang mumpuni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi ada hal lain yang menyenggol kualitas para pemain. Kris mengungkapkan kalau itu berhubungan dengan makro, mental, dan komunikasi.

"Jadi kalau misalnya di komunitas, makro dan mentalnya jelek. Nah kalau di publik, biasanya mekanik atau talentnya tuh ada. Tapi caranya ngetim sama temannya tuh nggak punya," ungkap Kris kepada detikINET.

ADVERTISEMENT

Sedangkan bila di ranah pro player, Kris menyebutkan ada satu poin yang hingga saat ini kerap digodok oleh setiap tim. Selain membuat kemampuan makronya semakin matang, komunikasi menjadi faktor penting lain.

"Kebalikannya. Jadi kalau di tim pro itu egonya besar nih karena skillnya tinggi-tinggi, komunikasinya jadi nggak jalan. Tapi kalau di tim komunitas, komunikasinya jalan, tapi makronya nggak jalan. Kalau orang bilang chemistry-nya jalan, tapi di in-game makronya nggak dapet. Kayak kompak-kompak doang tapi nggak objektif, nggak bikin menang game," terangnya.

Makanya sebagai orang yang sudah berpengalaman di skena kompetitif Mobile Legends, dirinya paham betul bagaimana seseorang yang berbakat punya ego besar. Jadi menurutnya sulit untuk menerima masukan.

"Biasanya pemain itu semakin berbakat, egonya semakin besar. Semakin egonya besar, maka dia menerima masukan semakin susah. Jarang banget ada pemain yang bertalenta banget dan dia nurut banget, itu jarang banget di Mobile Legends," pungkasnya.

Kendati demikian, bukan berarti tidak ada pemain jago yang mau mendengarkan masukan. Kris pun sudah bertemu beberapa pemain tersebut, yang mana contohnya seperti Kabuki, roster Aura Fire, dan Kairi, pemain Onic Esports.




(hps/fay)