Perjuangan Microsoft untuk bisa mengakuisisi Activision Blizzard rasanya sangat sulit. Jika sampai gagal membeli raksasa video game ini, mereka harus membayar biaya pemutusan hingga puluhan triliun rupiah.
Kerugian Microsoft tersebut disampaikan langsung oleh CEO Activision Blizzard, Bobby Kotick. Dirinya mengungkapkan, perusahaannya akan menerima uang sebesar USD 3 miliar atau sekitar Rp 44,1 triliun, bila akuisisi tidak berhasil.
Kabar ini mencuat setelah pemblokiran yang dilakukan oleh otoritas Inggris terkait akuisisi Microsoft terhadap Activision. Alasannya, mereka khawatir hal tersebut berdampak negatif pada masa depan cloud gaming, demikian seperti dilansir detikINET dari The Gamer, Selasa (2/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, sepertinya ini bakal menjadi kabar buruk bagi para pekerja Activision. Bila kesepakatannya tidak tercapai, Kotick akan tetap menjadi CEO.
Dari informasi yang beredar, Kotick baru akan mundur sebagai CEO, jika Activision Blizzard bergabung dengan Microsoft. Isu ini menjadi kabar buruk bagi pekerja, karena selama kepemimpinannya sering terjadi kontroversi.
Terutama dengan kasus sebelumnya, Kotick terlibat tuduhan pelecehan di dalam perusahaan. Sebenarnya, lebih dari 1.500 karyawan menyerukan Kotick agar mengundurkan diri pada tahun 2021, namun ia masih memegang kekuasaannya.
Masih belum diketahui bagaimana akhir kisah antara keduanya. Hal ini mengingat belum lama ini hubungan mereka terhalang restu otoritas Inggris.
CMA Inggris mengungkapkan, Microsoft dinilai gagal memberikan solusi terkait kekhawatiran atas dampak dari akuisisi tersebut. Mereka menganggap bahwa game Call of Duty yang nantinya bakal eksklusif di Xbox tidak masuk akal.
"Microsoft memiliki posisi yang kuat dalam layanan cloud gaming dan bukti yang tersedia untuk CMA menunjukkan bahwa Microsoft akan merasa diuntungkan secara komersial untuk membuat game Activision eksklusif untuk layanan cloud gaming miliknya sendiri," katanya.
(hps/rns)