Ridwan Kamil menilai Agate, yang didirikan April 2009 silam, bisa menjadi role model dalam perkembangan industri kreatif di Tanah Air. Secara khusus karena konsistensi Agate dalam memproduksi game yang mampu unjuk gigi di pasar lokal maupun global.
"Agate bisa konsisten 1.000 jam, atau 20 jam per minggu, selama 10 tahun biasanya jadi orang berhasil. Mereka dalam tiga bulan laku salesnya sampai Rp 14 miliar karena gamenya universal. Maka konsumennya tidak hanya lokal tapi skala internasional," katanya usai peresmian gedung baru Agate Studio di kawasan Summarecon Bandung, Selasa (23/4/2019).
Emil, sapaan akrabnya, juga berharap Agate bisa terus menjaga konsistensi tersebut dalam upaya memaksimalkan potensi pasar game Tanah Air yang diprediksi mencapai Rp 40 triliun di tahun 2030, sekaligus bersaing dengan pemain asing.
"Hadirnya Agate dan teman-temannya, potensi pasar Rp 40 triliun itu bisa kembali ke tanah air dikerjakan anak-anak bangsa yang konsisten dan memahami teknologi," ucapnya.
Sehubungan dengan itu CEO Agate Studio Arief Widhiyasa juga mengungkap impian lebih lanjut untuk melakukan penetrasi ke pasar game global, setelah mewujudkan mimpi sebelumnya yakni masuk ke pelosok Tanah Air.
"Kita pernah bercita-cita game kita bisa masuk sampai pelosok di Aceh dan Papua. Kami bersyukur dalam 10 tahun itu sudah tercapai. Harapannya 10 tahun ke depan kita ingin masuk pelosok global," kata Arief di tempat yang sama.
Acara tersebut sekaligus menjadi wujud peresmian kerja sama industri game antara Agate, Summarecon Bandung, Bekraf, dan Pemprov Jabar. Sejalan dengan visi Kota Bandung sebagai Kota Kreatif, Summarecon Agung melihat potensi itu. Pada prosesnya lahirlah Teknopolis di dalam kawasan Summarecon Bandung, yang diharapkan dapat menjadi Sillicon Valley versi Indonesia. Agate menjadi salah satu perusahaan yang telah resmi mendiami Teknopolis Bandung sejak Februari 2019.
![]() |
"Kita dorong terus creative center seperti di Bandung Teknopolis. Itu bentuk dukungan kita terhadap ekonomi kreatif khususnya game," ujar Emil.
Baca juga: Bekraf Kirim Pelaku Industri Kreatif ke AS |
Pihak Agate turut menyambut baik upaya pemerintah memfasilitasi kawasan khusus berkumpulnya para pelaku industri kreatif khususnya game. Ekosistem yang terbangun nantinya diharap bisa mempercepat perkembangan industri game Indonesia.
"Saya setuju industri kreatif seperti ini salah satu elemen penting ekosistem support. Jadi gimana caranya lagi makan siang ketemu dengan sesama industri, perkawinan ide yang membuat industri kita semakin cepat maju," kata Arief.
![]() |
Kantor Agate sendiri terdiri dari tiga lantai dengan berkapasitas 300 orang karyawan. Lantai satu diproyeksikan sebagai tempat berkumpul, lantai dua sebagai wilayah entertaiment, dan lantai tiga sebagai ruang kerja. "Kita desain sedemikan rupa seperti kantor startup lainnya," kata Arief.
Hadir pula dalam acara tersebut di antranya Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari dan Herman Nagaria selalu Direktur Bisnis dan Pengembangan Properti Summarecon Agung.
(mud/krs)