Pendiri Atari Ted Dabney Meninggal Dunia

Jakarta - Salah satu pendiri atau co founder Atari, Ted Dabney meninggal dunia dalam usia 81 tahun. Dabney merupakan sosok yang memiliki kontribusi dalam membangun industri video game pertama dunia melalui Atari pada tahun 1972.

Dilaporkan Huffingtton Post dari Eurogamer, Senin (28/5/2018), Dabney memang beberapa waktu lalu telah di diagnosa menderita penyakit kanker esophagus dan diinformasikan bahwa dirinya hanya memiliki waktu delapan bulan saja untuk hidup.

Sejarawan video game, Leonard Herman mengatakan bahwa dirinya mendengar kabar duka tersebut dari seorang rekan. Herman lantas menelepon istri Dabney, Carolyn guna meminta konfirmasi dan menyampaikan belasungkawa. Herman juga membagikan kabar duka itu melalui akun Facebook-nya.

Baca juga: Atari Rilis Konsol Game Portabel

"Istirahatlah dengan tenang, kawanku. Warisanmu akan hidup dalam waktu yang lama!," kata Herman di Facebook.



Kabar duka ini mengundang banyak respon dari pengguna media sosial. Banyak kalangan mengapresiasi dan memuji prestasi Dabney melalui akun mereka, salah satunya melalui cuitan di Twitter.

Ted Dabney, co founder of Syzygy & Atari has died. His vision gave my generation more than people can comprehend unless they lived in the days when Atari was born & remember when the world was changed forever by the electronic dreams that company gave us. #Atari #TedDabney pic.twitter.com/Yhmku35EdA

— Catherine DeSpira (@CatDeSpira) May 26, 2018

Meski kebersamaan Dabney dengan Atari terbilang singkat, dia tetap memiliki pengaruh besar terhadap perusahaan pencetus video game komersil pertama itu. Dabney bersama dengan Co-Founder Atari lainnya, Nolan Bushnell, merilis game video pertama bernama Computer Space pada tahun 1971.

Teknologi sirkuit Dabney yang dirancang untuk Computer Space, kemudian digunakan untuk merancang game "Pong". Game sederhana tersebut sangat populer kala itu, bahkan menjadi kontribusi kunci dalam sejarah perkembangan video game.

Selepas Atari, Dabney bekerja di perusahaan elektronik seperti Fujitsu, Raytheon, dan Teledyne. Setelah Dabney merasa cukup dalam berkarier, dia bersama istrinya memilih pindah ke daerah pegunungan Sierra Nevada. Kabarnya, di sana Dabney dan istrinya memiliki sebuah toko untuk menyambung hidupnya. (fyk/fyk)