Adapun perangkat yang dimaksud adalah HTC Vive dan Oculus Rift yang sudah beredar di pasaran. Keduanya dipilih lantaran merupakan perangkat VR aktif, setidaknya demikian menurut Steam yang memanfaatkannya dalam platform layanan game miliknya.
Secara spesifik, Steam merilis laporan hanya berdasarkan penggunanya. Sebagai informasi, saat ini layanan Steam telah digunakan oleh lebih dari 125 juta gamer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bulan Juli lalu misalnya, penjualan HTC Vive hanya meningkat 0,3%. Sedangkan Oculus Rift cukup dengan 0,1% saja.
Tapi bukannya tanpa alasan, menurut Steam, adaptasi kacamata VR yang sangat lambat semata-mata adalah karena harganya yang terlampau mahal.
Belum lagi penggunanya harus menyiapkan PC dengan spesifikasi yang sangat tinggi. Sehingga kalau ditotal dana yang dibutuhkan teramat sangat besar untuk bisa memainkan game di lingkungan VR.
Jadi tak mengejutkan kalau gamer lebih memilih main game dengan cara konvensional. Di sisi lain, konten VR juga masih belum banyak. Jadi terkesan sia-sia kalau beli perangkat VR aktif sekarang-sekarang ini. Apalagi ditambah banderol yang selangit, sehingga gamer lebih memilih menahan kemauannya.
Meski begitu, survei yang dilakukan Steam juga memberi sinyal bagus kebangkitan perangkat VR. Sebagian partisipan banyak yang berharap pada PlayStation VR, sebabnya platform VR bikinan Sony ini menyodorkan harga yang jauh lebih masuk akal. Selain itu pilihan gamenya dipastikan juga jauh lebih banyak. (yud/ash)