Just Cause 2, Hapus Kekecewaan Seri Terdahulu
Hide Ads

Game Review

Just Cause 2, Hapus Kekecewaan Seri Terdahulu

- detikInet
Senin, 05 Apr 2010 18:01 WIB
Jakarta - Just Cause merupakan sebuah game aksi dengan konsep cerita mengagumkan yang diluncurkan pada tahun 2006 silam. Namun sayang, game yang mengambil tempat di hutan tropis itu gagal memenuhi harapan para gamer. Alhasil, game tersebut hanya menjadi sebuah momokan belaka.

Setelah hampir 4 tahun kemunculan seri pertamanya, Eidos kini merilis sekuel terbaru dari game tersebut bertajuk Just Cause 2. Karena masih berbasis seri terdahulu, sang jagoan Rico Rodriguez  pun kembali dihadirkan dalam game ini.

Alih-alih kembali beraksi pada tempat terdahulu, Eidos malah membawa Rico untuk berlaga di sebuah pulau fiksi bernuansa tropis bernama Panau. Karena terletak di kawasan Asia Tenggara, maka penamaan beberapa tempat dalam game ini pun menggunakan bahasa Melayu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tugas Baru dengan Aksi Berlebihan

Sebuah tugas baru akan dilakoni oleh sang jagoan, Rico Rodriguez, yakni bekerja untuk sebuah agensi rahasia asal Amerika bernama The Agency. Tugas utama sang jagoan  dimulai dengan misi untuk menemukan salah satu tokoh bernama Tom Sheldon, yakni sahabat terdekat Rico yang hilang dalam sebuah tugas di pulau Panau.

Nah aksi Rico dalam dalam game ini memang tergolong seru, namun malah jadi terkesan berlebihan. Pasalnya, pemain akan berlaga bagai super hero yang memiliki segudang kemampuan luar biasa.

Sepanjang permainan, Rico bakal selalu membawa 'senjata' utamanya berupa grappling hook dan parasut yang sangat fungsional. Dikatakan fungsional karena senjata tersebut dapat digunakan untuk beragam keperluan.

Grappling hook misalnya, tidak hanya dapat digunakan sebagai alat pemanjat dinding namun juga bisa untuk menjatuhkan lawan ataupun sebagai alat melarikan diri.

Fungsi ini pun yang akhirnya membuat game ini terlalu berlebihan dan menjadikannya terlihat mudah untuk dimainkan. Jangkauan Grappling hook yang terbilang sangat jauh, membuat pemain dapat dengan mudah melarikan diri.


Kian Menarik Karena Berbahasa Melayu

Mungkin salah satu aspek yang membuat game ini kian seru adalah penggunaan bahasa Melayu. Pemain sesekali bakal menjumpai nama tempat yang menggunakan bahasa Melayu seperti, Kampung Hutan Hijau ataupun bahasa campuran seperti Awan Cendawan Power Plan.

Meski aksi dalam game ini masih terbilang biasa, namun penggunaan bahasa yang sedemikian akrab dengan gamer Indonesia membuat game ini memiliki nilai lebih. Terlebih lagi aksi dalam game ini terbilang cukup seru dan bervariatif.

Meski tak dipungkiri aksi dalam game ini tergolong berlebihan, namun tidak dipungkiri semua aspek tersebut juga cukup mengibur. Sebagai contoh penyelesaian misi dengan berbagai cara, di sini game tidak diwajibkan menggunakan jalan yang ditempuh untuk menyelesaikan sebuah misi.

Pemain dapat dengan bebas berkreasi dengan memilih caranya sendiri untuk menyelesaikan misi. Maklum, game ini memang bersifat Open-World atau dengan kata lain, gamer bebas berkelana ke pelosok hutan tropis dengan kualitas grafis yang cukup baik.

Namun perlu diketahui juga, jika Just Cause 2 membutuhkan spesifikasi komputer yang tergolong tinggi untuk memaksimalkan kualitas grafisnya. Ketika memainkan game ini pada resolusi 1920 X 1080, detail penuh dengan kartu grafis GTX 275, detikINET mendapatkan Frame per Second (FPS) sekitar 20-an.

Hal ini tentunya sangat mengganggu, terlebih lagi Just Cause 2 sarat dengan aksi pertempuran ataupun suasana keindahan alam yang hanya dapat dinikmati dalam kisaran FPS di atas 30.


Beberapa Aspek Menyebalkan

Selain fungsi Grappling hook yang terlihat berlebihan, game ini juga masih menyematkan beberapa aspek menyebalkan yang diwariskan seri terdahulu. Sebut saja Artificial Intelligence (AI) yang sangat bodoh. Pada adegan tertentu, para tentara yang menyerang pemain hanya berdiam diri sambil menunggu serangan.

Hal itu mungkin belum seberapa jika dibandingkan kualitas suara yang terdengar buruk. Pemain tidak akan mendengar menggelegarnya sebuah ledakan, ataupun desingan peluru yang melesat. Padahal jika lebih diperhatikan, hal tersebut mungkin dapat berimbang dengan aksi yang ditawarkan.

Meski terbilang bukan sebuah game aksi yang mengesankan, namun Just Cause 2 berhasil mengobati kekecewaan gamer pada seri terdahulu. Mulai dari kualitas grafis yang ditingkatkan, aksi pertempuran yang kian beragam, hingga penggunaan bahasa Melayu yang membuat gamer Indonesia akrab dengan game ini.

Kelebihan:
+ Aksi sangat beragam
+ Kualitas grafis tergolong baik
+ Penggunaan bahasa Melayu yang menarik

Kekurangan:
- AI sangat bodoh
- Kualitas suara mengecewakan


Dalam mereview game ini, detikINET menggunakan sistem berbasis: Prosesor Intel Core i7 965, Intel DX580SO, MSI GTX 275, Corsair HX1000W, Corsair Dominator 6GB kit, ASUS VH226, Western Digital VelocyRaptor 300GB dan sistem operasi Windows 7. (eno/faw)
Berita Terkait