Pada era digital, penggunaan bracketing masih dilakukan. Hanya saja penggabungan sejumlah frame digantikan oleh piranti lunak. Teknik itu dikenal sebagai foto dengan rentang exposure yang tinggi dan dinamis (High Dynamic Range/HDR).
Saat ini, beberapa software yang canggih dan mahal tidak memerlukan 3 atau 5 foto untuk membuat HDR. Cukup selembar saja, maka foto HDR bisa diolah dengan apik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() Lokasi plug-in efek HDR di photoshop usai diunduh gratis. |
Dengan kemudahan tersebut, saya mencoba merestorasi beberapa foto sebelum 2016 menjadi lebih detil, menonjol dan dinamis. Seperti pada foto cityscape Salzburg Swiss, saya mengotak-atik sehingga menghadirkan garis, tekstur, bentuk dan warna yang lebih eklektik.
![]() Landscape Salzburg, Swiss dijepret dengan mode Manual dan diolah menjadi HDR di komputer. |
Trik serupa saya pakai untuk foto landscape yang saya ambil dari Kastil Neuschwanstein, Jerman. Perubahan mencolok terlihat dalam urusan exposure, warna, detil, bentuk dan bangun imajinasi yang lebih menggugah.
Sekali lagi, metode itu diperoleh dari selembar foto saja, tidak perlu menjepret 3 atau 5 lembar frame foto seperti sebelumnya. Memotret pun menjadi lebih menyenangkan tanpa harus berfikir trik bracketing yang memerlukan kesabaran dan alat tripod.
Pun demikian tidak semua foto yang saya ubah menjadi format HDR bisa tampil elegan. Beberapa file terlihat plain dan tak cocok untuk diubah dalam format HDR.
Berikut tips untuk memperoleh foto HDR yang elegan, menarik dan proporsional:
Pertama, pilih foto dengan kadar exposure paling kontras. Misalkan foto yang menghadirkan suasana indoor dan outdoor. Di indoor biasanya lebih gelap karena dibandingkan outdoor dengan cahaya matahari melimpah. Perbedaan exposure ini yang bakal membuat foto HDR akan lebih mudah diolah.
![]() Pilihan-pilihan HDR yang bisa diubah secara custom sesuai selera. |
Kedua, cari foto dengan tekstur, bentuk, garis dan warna yang paling beragam. Semakin kaya tekstur dan elemen, maka antar elemen foto akan saling mengisi peran, ramai, dinamis dan variatif tanpa harus kehilangan cerita utama. Sebaliknya, hindari foto yang menghadirkan negatif space cukup banyak. Negatif space membuat foto HDR terasa plain dan monoton.
![]() Penggunaan efek HDR pada foto landscape dan cityscape. |
Ketiga, jepretlah dengan sedikit under exposure setidaknya sampai lightmeter turun satu stop. Rumus satu stop ini tidak berlaku universal namun kondisional sampai tidak ada warna putih yang menonjol. Sebab, warna putih tidak bisa diotak-atik menjadi warna lain di plug in. Akan berbeda nasibnya jika warna putih diturunkan menjadi sedikit abu-abu, maka masih bisa diolah dengan HDR effect.
![]() Penggunaan efek HDR pada foto model (portrait) dan arsitektur. |
Keempat, bijak-bijaklah membuat seberapa kuat drama yang ingin dihadirkan dengan teknik HDR. Cukup sesuai kebutuhan, jangan sampai berlebihan sehingga terlihat over acting bagi audience. Namun Anda bisa mengabaikan tips keempat ini jika bertujuan sebaliknya: menonjolkan yang terlihat dengan gaya hiperealitas dan simulatif.
Selamat mencoba! (Ari/rou)