5 Alasan Tetap Setia dengan Lampu Kilat
Hide Ads

Tips Fotografi

5 Alasan Tetap Setia dengan Lampu Kilat

- detikInet
Jumat, 12 Sep 2014 15:02 WIB
Ilustrasi (gettyimages)
Jakarta -

Sejak kamera dibekali kemampuan ISO tinggi hingga mampu melihat kondisi temaram, lampu kilat (flash/blitz) semakin terabaikan. Banyak yang menge-push ISO maksimal daripada menggunakan lampu kilat, meski mempunyai built in flash sekalipun.

Sebagian yang lain mengandalkan lensa dengan diafragma besar yang didukung oleh efek bokeh memukau. Memang lebih ringkas dan tetap tajam.

Akan tetapi, banyak juga yang masih mempertahankan lampu kilat sebagai salah satu standar kerja saat memotret. Alasannya untuk menjaga kualitas dan kepuasaan atau nggak mau repot mengotak-atik secara berlebihan di software. Tentu penggunaannya tetap disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang memungkinkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terlepas dari fungsinya yang sangat tergantung pilihan fotografer, ada baiknya mengikuti pepatah 'sedia payung sebelum hujan'. Menyiapkan lampu kilat sebelum menemui spot yang gelap dan bikin kedodoran.




Keterangan: Foto atas tanpa flash, sunset lebih over karena mengejar exposure di wajah. Foto bawah menggunakan flash. Wajah model dan sunset lebih terekam dengan baik. (Foto: Ari Saputra)



Keterangan: Lampu kilat digunakan untuk menghilangkan bayangan pohon di wajah. Sekaligus untuk merekam background kastil supaya tidak over. (Foto: Ari Saputra)

Toh, tidak ada ruginya menyiapkan lampu kilat kecuali menyita ruang kecil di tas kamera Anda. Bahkan, dengan melakukan tindakan antisipatif ini berbagai kelebihan mudah diperoleh. Apa saja?

Pertama, meski tidak tidak terpakai secara efektif sekalipun, setidaknya mampu mendukung rasa nyaman dan aman saat memotret. Bisa menghindari rasa was-was kalau hasilnya backlight -- misalkan. Atau tiba-tiba menemukan spot fotogenik tetapi gelap, sudah siap dengan 'senjata' di dalam tas kamera.

Kedua, operasional lampu kilat sudah user friendly. Kalau tak mau repot dengan menu manual, masih bisa menggunakan TTL, ETTL atau otomatis.

Kalaupun lampu flash sangat kontras menampar muka, masih bisa dibuang ke atas dan dipantulkan (bouncing) sehingga lebih lembut.

Ketiga, flash tambahan sangat bervariasi dari yang terkecil, sebesar segenggaman tangan. Kendati kecil, kemampuannya nyaris menyamai kualitas lampu flash ukuran besar. Sehingga kalau memilih yang gede terasa berat, masih ada alternatf ukuran yang mungil, ringan dan ringkas.

Keempat, teknologi baterai isi ulang AAA atau AA membuat operasional lampu kilat lebih hemat dan ramah lingkung. Bila baterai habis, masih bisa di-charge lagi ke listrik.

Kelima, dengan bantuan wireless trigger, bisa bermain strobis dan efek-efek yang lebih atraktif. Apalagi saat ini teknologi wireless trigger semakin murah dan terjangkau. Sehingga kualitas dan kuantitas bayangan bisa diatur sesuai dengan imajinasi fotografer.

(Ari/ash)