Saat ini, lensa fotografi sering digunakan untuk merekam video, tapi kalau kita kaji dari tujuan desainnya, lensa fotografi dirancang khusus untuk fotografi, yang bertugas untuk menangkap momen dalam dokumentasi, portrait, pemandangan, satwa, dan sebagainya. Sedangkan lensa sinema digunakan untuk merekam gambar yang bergerak seperti film dan video.
Lensa fotografi modern biasanya memiliki fungsi auto fokus dan zoom, tujuannya supaya fotografer dapat menangkap momen dengan cepat dan efisien. Sedangkan lensa sinema biasanya focus thrownya sangat panjang, contohnya seperti lensa Cine Meike 35mm T/2.1 yang focus thrownya mencapai 330 derajat, hampir satu lingkaran penuh (360 derajat), sehingga transisi fokus yang terekam akan sangat mulus dan fokus bisa diatur dengan lebih presisi.
Ukuran lensa cinema dengan jarak fokal dan bukaan yang sama lebih besar dari lensa fotografi karena banyak faktor. Misalnya built-quality lensa sinema biasanya dibuat dengan bahan yang lebih kokoh, misalnya bahan logam. Tujuannya supaya daya tahannya lebih kuat jadi bisa dipakai dalam jangka panjang, selain itu, kualitas optiknya biasanya satu dua tingkat lebih baik, menggunakan elemen koreksi yang lebih banyak dari lensa foto pada umumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karakter gambar lensa fotografi agak berbeda dengan lensa cinema. Lensa fotografi biasanya dioptimalkan untuk ketajaman dan kontras. Sedangkan lensa cinema tidak selalu dioptimalkan untuk bisa setajam mungkin tapi lebih ke karakter khusus, misalnya warna yang agak shift ke kebiruan, kekuningan atau bentuk flare saat berhadapan dengan cahaya keras yang unik.
![]() |
![]() |
![]() |
Lensa cinema biasanya bukan dirancang untuk digunakan secara individu, tapi berkelompok. Lensa sinema bisa saja dijual satuan, tapi biasanya dirancang satu set dari 16, 24, 35, 50, 85, 105 dan 135mm. Dan kalau diperhatikan, Lensa sinema tidak menggunakan F-stop tapi T-stop. T itu singkatan darit transmission, artinya transmisi cahayanya. Tujuannya supaya saat sinematografer menggunakan beberapa lensa yang berbeda sekaligus saat syuting film, asalkan menggunakan angka T-Stop yang sama, terang gelap akan sama.
![]() |
Berbeda dengan ukuran teoritis f/stop di lensa fotografi yang meskipun kita samakan f-stopnya, terang gelap gambarnya bisa jadi akan berbeda, karena transmisi cahaya tiap lensa tidak sama dan tidak diukur.
Intinya adalah lensa cinema dirancang untuk bekerja berkelompok. Satu seri lensa cinema biasanya memiliki nilai T-Stop yang sama, dan desain dan ukurannya juga diusahakan sama, sehingga lebih mudah untuk di rig, dipasang digimbal dan sebagainya. Lensa fotografi tidak harus seperti itu, jadi desain lensa fotografi bisa dibuat lebih compact dan lebih compact ukuran daripada lensa sinema.
Ada juga lensa sinema yang bisa zoom, dan kalau bisa zoom biasanya lensa tersebut punya desain parfocal, yang bisa mempertahankan fokus saat melakukan zoom. Lensa sinema juga biasanya dioptimalkan untuk tidak memiliki focus breathing, atau kalaupun ada sangat minimal atau nihil. Artinya saat fokus, sudut pandang tetap sama, tidak ada efek seperti lensanya seakan-akan bernafas. Tapi di lensa fotografi, fenomena focus breathing tidak masalah karena tidak akan terekam seperti video.
Karena lensa sinema membutuhkan lebih banyak fitur khusus dan quality controlnya lebih ketat, maka harga produksi lensa sinema biasanya lebih tinggi daripada lensa fotografi. Perbedaan harganya rata-rata dapat mencapai lima kali lipat, tergantung kualitas dan merk tentunya. Tapi secara nilai jangka panjang dan daya tahan, lensa sinema lebih panjang daripada lensa fotografi pada umumnya.
(jsn/jsn)