Setiap tahun, ketika purnama di bulan Mei menyinari langit, digelar perayaan Waisak di Candi Borobudur di Jawa Tengah, Indonesia. Tidak hanya menjadi perayaan spiritual bagi umat Budha, tetapi juga menjadi magnet bagi para pecinta fotografi yang mencari keindahan tak terlupakan.
Waisak di Borobudur bukan sekadar upacara keagamaan. Menurut fotografer Ulet Ifansasti perayaan tersebut adalah pertunjukan visual yang memukau.
Dengan latar belakang candi yang megah, ribuan lampion diterbangkan ke langit malam, menciptakan pemandangan yang menyerupai bintang-bintang yang turun ke Bumi. Begitu menghipnotis, tak heran Ulet dan para pencinta fotografi ketagihan.
"Acara Waisak di Borobudur tuh selalu berwarna, colorful banget, mulai dari ritual keagamaannya hingga lampion. Menyenangkan banget," kata Ulet saat berbincang dengan detikINET sembari mengungkap empat tahun berturut-turut dia memotret perayaan Waisak di area Candi Budha terbesar di dunia itu.
Ulet mengatakan dirinya berburu Waisak Borobudur sejak pukul 15.00 WIB sampai lewat tengah malam. Menurutnya itu waktu yang tepat untuk untuk memotret keindahan perayaan tahunan tersebut, kita bakal mendapatkan momen golden dan blue hours sekaligus.
"Cahayanya bagus. Saat golden hours sekitar jam 4-5, cahaya Matahari di Indonesia lagi bagus-bagusnya. Abis itu masuk blue hours, jelang magrib, warna langit biru bikin adem. Kita juga bisa lihat ambiencenya," tutur fotografer yang berdomisili di Yogyakarta ini.
Berbekal iPhone 15 Pro Max, Ulet berburu momen Wasiak dimulai dari prosesi Paradaksina. Pecinta fotografi bisa abadikan para biksu mengelilingi Candi Mendut sebanyak tiga kali.
Lalu lanjut parade para biksu dan semua umat Budha berjalan kaki dari Candi Mendut ke Borobudur. Kita dapat memotret mereka yang berjalan begitu khidmat mengumandangkan doa dan nyanyian sambil membawa api suci dan air berkah.
Setibanya di Borobudur, para biksu dan umat Budha berdoa. Di sesi ini, kita bisa menangkap esensi dari Waisak itu sendiri. Jangan pula dilewatkan saat para biksu kembali melakukan Pradaksina mengelilingi Candi Borobudur.
"Aku suka banget sesi ini, para biksu bawa lilin dan lentera keliling candi," tutur Ulet.
Berbeda dari tahun lalu, prosesi Pradaksina keliling Candi Borobudur berbarengan dengan pelepasan lampion. Ulet mengaku musti lari berganti lokasi agar tetap dapat mengabdikan momen paling ditunggu itu.
"Habis Pradaksina satu puteran, aku langsung lari ke tempat Lampion," ungkap fotografer yang jadi kontributor Getty Image ini.
Setiap tahun, ribuan lampion dilepaskan ke udara, membentuk konstelasi cahaya yang hidup dan bergerak. Momen ini adalah kesempatan emas untuk menangkap keindahan.
Ulet sempat menunjukkan beberapa karyanya. Menggunakan mode RAW, dia mengabadikan orang-orang saat melepaskan lampion dengan latar belakang kelap-kelip di langit malam dan sedikit siluet Candi Borobudur.
Pria kelahiran Papua ini juga mengabdikan stupa utama Candi Borobudur pakai zoom 5x dengan background titik-titik cahaya lampion di langit.
Semua momen penting Waisak tahun ini berhasil diabadikan Ulet. Foto-fotonya sudah dipajang di akun media sosialnya dan bikin mata terkesima.
Dia mengatakan jangan ragu untuk mengabdikan Waisak di Borobudur. Tak perlu membawa kamera profesional, kita dapat mengandalkan smartphone karena kemampuannya sudah mumpuni.
"Terpenting siapkan fisik, karena sangat capek mengikuti semua sesi. Tapi meski capek cukup menyenangkan," pungkas Ulet.
Simak Video "Video Gemerlap Cahaya di Perayaan Waisak Sri Lanka"
(afr/afr)