Sadis! Foto Para Semut Jadi Zombie Akibat Jamur 'The Last of Us'

Semut Zombie Korban Jamur Ophiocordyceps yang jadi inspirasi film The Last of Us.

Jamur Ophiocordyceps unilateralis seperti di film The Last of Us sungguhan ada di dunia! Korbannya adalah para semut-semut malang ini (New York Times/Joao Araujo)

Ada ratusan spesies jamur Cordyceps, salah satunya adalah Ophiocordyceps unilateralis, parasit yang bisa menginfeksi serangga seperti semut. Kondisi semacam ini jadi inspirasi bentuk zombie clickers di film dan game The Last of Us. (New York Times/Joao Araujo)

Jamur ini memang bisa mengubah semut menjadi inang zombie, dan inangnya tersebut akan dikontrol untuk melakukan segalanya. Sampai dengan bunuh diri dan menyebarkan spora jamur kepada semut lainnya. Foto: (Penn State University)

Pada kepala atau badan semut yang jadi zombie, akan tumbuh miselia atau tangkai dan melepas spora untuk menginfeksi semut lain di sekitarnya (Penn State University)

Siklus hidup jamur Ophiocordyceps unilateralis. Dia memerlukan inang semut untuk menyelesaikan siklus hidupnya dan menyebarkan spora untuk menyerang semut lain dengan cepat dalam 3-9 hari agar semut yang terinfeksi menjadi zombie. (Science Direct)

Semut zombie akan berperilaku aneh, meninggalkan koloninya, memanjat tanaman, dan menancapkan rahangnya pada daun atau ranting sebelum mati. Foto: (iNaturalist)

Setelah terinfeksi, sel jamur di kepala semut akan melepaskan senyawa kimia ke sistem saraf pusat semut dan mengubah sistem syaraf otak semut. (Phys.org)

Close up kepala semut zombie yang sudah ditumbuhi jamur Ophiocordyceps unilateralis. Kondisi semacam ini juga menjadi inspirasi bentuk kepala zombie di film The Last of Us (Science Direct)

Kondisi lain yang terjadi pada semut zombie adalah tubuhnya yang penuh dengan tangkai-tangkai jamur. Tangkai-tangkai jamur ini juga menjadi ciri khas serangan jamur Cordyceps di film The Last of Us. (CNN/Joao Araujo)

Sungguh semut-semut yang malang. Tapi jangan khawatir, serangan jamur zombie Cordyceps hanya terjadi pada semut, dan tidak bisa terjadi pada manusia. Hal itu dikonfirmasi oleh ilmuwan biologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Profesor Rosichon Ubaidillah MPhil, PhD. (CNN/Joao Araujo)