CEO Nvidia, Jensen Huang, mengatakan bahwa dia dan keluarganya kemungkinan besar tidak akan bisa berimigrasi ke Amerika Serikat jika kebijakan imigrasi yang diterapkan pemerintahan Donald Trump saat ini sudah berlaku pada zaman itu.
Trump sebelumnya mengumumkan bahwa perusahaan harus membayar biaya sebesar USD 100.000 untuk setiap visa kerja sementara H-1B, yang diberikan kepada tenaga profesional asing dengan keahlian khusus.
Huang, yang lahir di Taiwan dan sempat tinggal di Thailand, pindah ke Amerika Serikat bersama kakaknya saat berusia sembilan tahun. Dua tahun kemudian, orang tuanya menyusul mereka. Huang saat ini adalah salah satu manusia terkaya di dunia dengan harta sekitar USD 164 miliar atau Rp 2.700 triliun.
"Saya rasa keluarga saya tidak akan mampu membayar biaya sebesar 100 ribu dolar itu, jadi kesempatan bagi keluarga saya dan bagi saya sendiri untuk datang ke sini mungkin takkan pernah terjadi," ujar Huang dalam wawancara dengan CNBC yang dikutip detikINET.
Kenaikan biaya yang tinggi dan mendadak tersebut mengejutkan industri teknologi AS. Pasalnya mereka selama ini sangat bergantung pada tenaga kerja asing, terutama dari India dan China.
Menurut U.S. Citizenship and Immigration Services, Amazon menjadi perusahaan dengan jumlah pemegang visa H-1B terbanyak pada tahun fiskal 2025, dengan lebih dari 10.000 sponsor. Perusahaan besar lainnya seperti Microsoft, Meta, Apple, dan Google juga termasuk di antara pemberi kerja utama, masing-masing dengan lebih dari 4.000 persetujuan visa.
"Imigrasi adalah fondasi dari mimpi Amerika. Gagasan siapa pun bisa datang ke Amerika dan, lewat kerja keras serta sedikit bakat, membangun masa depan yang lebih baik bagi diri sendiri," katanya sambil menambahkan bahwa orang tuanya datang ke Amerika agar keluarganya bisa menikmati peluang dan kehidupan yang lebih baik.
Huang memastikan Nvidia, yang saat ini mensponsori sekitar 1.400 visa kerja, akan tetap menanggung biaya visa H-1B bagi para karyawan dari luar negeri. Ia berharap ada penyempurnaan kebijakan ke depan agar masih ada ruang bagi kesempatan dan keberuntungan.
Meski mengakui keluarganya mungkin tak akan bisa datang ke AS dengan kebijakan baru itu, Huang menilai perubahan ini tetap memungkinkan Amerika menarik talenta terbaik dari seluruh dunia.
Beberapa eksekutif teknologi lain justru mendukung kebijakan tersebut. CEO Netflix, Reed Hastings, menyebut aturan biaya baru ini sebagai solusi hebat. "Kebijakan ini akan membuat H-1B hanya digunakan untuk pekerjaan bernilai tinggi, menghapus sistem undian, dan memberi kepastian bagi pemegang visa," tulis Hastings.
Adapun CEO OpenAI, Sam Altman, juga mendukung langkah Trump. "Kita perlu menarik orang-orang paling cerdas ke negeri ini. Menyederhanakan proses dan memberi insentif finansial adalah langkah yang tepat," ujar Altman.
Simak Video "Video: NVIDIA Tetap Optimistis Berbisnis di China di Tengah Tarif Trump"
(fyk/fay)