Laporan dari New York

AI Makin Canggih, Ini Cara Samsung, Google & Qualcomm Lindungi Privasi

Adi Fida Rahman - detikInet
Sabtu, 12 Jul 2025 14:04 WIB
AI makin Canggih, ini cara Samsung, Google dan Qualcomm lindungi privasi (Foto: Adi Fida Rahman/detikINET)
New York -

Dalam setahun terakhir, dunia menyaksikan lonjakan besar dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), khususnya dalam implementasi langsung ke perangkat pribadi seperti ponsel pintar, jam tangan pintar, hingga kacamata pintar. Namun, seiring AI menjadi lebih personal dan prediktif, satu pertanyaan penting terus mengemuka: bagaimana industri teknologi memastikan keamanan dan privasi pengguna tetap terjaga?

Samsung, Google, dan Qualcomm menjadi tiga pemain utama yang menggarap teknologi ini secara serius. Dalam sebuah diskusi Galaxy AI Forum di New York, ketiganya memaparkan pendekatan mereka terhadap AI generasi baru yang disebut Ambient Intelligence atau kecerdasan ambien-AI yang hadir secara kontekstual, multimodal, dan tak terlihat namun selalu siaga.

AI yang kami bangun hari ini bukan lagi sekadar fitur pintar, tapi pengalaman menyeluruh yang terintegrasi secara personal. Dan itu hanya bisa berhasil jika privasi pengguna menjadi pondasinya," ujar Jisun Park, Corporate Executive Vice President and Head of Language AI Team, Mobile eXperience (MX) Business at Samsung Electronics.

Samsung menyebut bahwa lebih dari 70% pengguna Galaxy S25 telah aktif menggunakan Galaxy AI, dengan fitur-fitur seperti Circle to Search dan Sketch Assist menjadi favorit. Namun, mereka menegaskan bahwa semakin canggih fitur AI, semakin tinggi pula tanggung jawab menjaga data pribadi pengguna.

Untuk itu, Samsung membekali ekosistem Galaxy mereka dengan Knox Vault dan Knox Matrix yang menjaga data tetap terenkripsi dan terisolasi. Tak hanya itu, mereka juga menyematkan alat enkripsi khusus aplikasi dan kontrol transparansi agar pengguna tahu persis bagaimana data mereka digunakan.

"Kepercayaan adalah mata uang digital baru. Tanpa perlindungan privasi yang nyata, AI tidak akan pernah menjadi mitra kehidupan yang diterima pengguna," tambah Park.

Dr. Jisun Park: Corporate Executive Vice President & Head of Language AI Team, Mobile eXperience Business at Samsung Electronics Foto: Samsung

Privasi Bukan Fitur, Tapi Prinsip

Google, lewat integrasi Gemini ke ekosistem Android dan Galaxy, mengamini pentingnya pendekatan ini. Mereka menekankan bahwa privasi dan AI tidak boleh dianggap sebagai dua kutub yang saling bertentangan.

"Privasi bukanlah sekadar fitur. Ia adalah prinsip yang mengalir dari awal hingga akhir proses pengembangan," kata Mindy Brooks, Vice President of Android Consumer Product and Experience at Google.

Mindy Brooks, Vice President of Android Consumer Product and Experience at Google Foto: Samsung

Google menanamkan prinsip Responsible AI dalam setiap tahap pembangunan sistem mereka. Tujuannya: membuat AI yang bukan hanya pintar, tetapi juga dapat dipercaya dan memberi kontrol penuh kepada pengguna.

Privasi dan Personalisasi Harus Sejalan

Dari sisi perangkat keras, Qualcomm memastikan bahwa keamanan dimulai dari chip. Melalui teknologi on-device AI dan sensor fusion, Qualcomm membangun sistem yang mampu memproses data personal secara lokal di perangkat tanpa harus terus-menerus mengirimnya ke server eksternal.

"Privasi dan personalisasi tidak saling bertentangan. Keduanya justru harus saling mendukung," jelas Dr. Vinesh Sukumar, Vice President of Product Management at Qualcomm Technologies.

Dengan pendekatan ini, pengguna tetap bisa menikmati manfaat AI seperti prediksi konteks, rekomendasi cerdas, dan interaksi suara, tanpa merasa datanya terancam.

Dr. Vinesh Sukumar, Vice President of Product Management at Qualcomm Technologies Foto: Samsung

Terintegrasi dan Bertanggung Jawab

Ke depan, Samsung menargetkan Galaxy AI terintegrasi di lebih dari 400 juta perangkat di seluruh dunia pada akhir 2025. Namun, mereka juga menyadari bahwa keberhasilan ini hanya bisa diraih lewat kolaborasi erat lintas perusahaan dan platform.

Diskusi ini juga menyinggung 'cucian digital' - rutinitas digital kecil namun menguras waktu seperti mengisi formulir, mengelola notifikasi, dan menyortir informasi. AI yang baik diharapkan mampu menangani tugas-tugas tersebut secara otomatis, memberi waktu lebih banyak bagi pengguna untuk fokus pada hal penting dalam hidup.

"AI harus terasa seperti oksigen, ada, berguna, tapi tidak membebani," ujar Park.

Dengan janji AI yang lebih proaktif, intuitif, dan kontekstual, masa depan kecerdasan buatan terlihat menjanjikan. Tapi yang tak boleh dilupakan: membangun kepercayaan adalah syarat mutlak agar AI benar-benar bisa diandalkan.



Simak Video "Video Unboxing dan Keunggulan Samsung Galaxy Fold 7"

(afr/fay)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork