Perselisihan Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memanas. Trump bahkan mengindikasikan akan deportasi Musk dari AS. Selasa (1/7) kemarin, Trump ditanya apakah ia akan mendeportasi Musk.
Seperti diketahui, Musk lahir di Pretoria, Afrika Selatan sebelum menjadi warga negara AS pada tahun 2002. "Saya tidak tahu. Kita harus memeriksanya," jawab Trump
"Elon mungkin menerima subsidi paling banyak dibandingkan manusia mana pun sepanjang sejarah, dan tanpa subsidi, Elon mungkin harus menutup usahanya dan pulang ke Afrika Selatan," tulis Trump kemudian di media sosial.
Tak diketahui apakah Trump serius mempertimbangkan mendepak Musk dari AS, walau kemungkinan besar hanya gertakan. Namun jika sungguh terjadi, AS dinilai akan rugi besar, terutama melawan perkembangan teknologi antariksa China China. Sebab, Elon Musk sangat sukses memimpin SpaceX.
Menurut pakar sejarah dan sosiologi Dr Rainer Zitelmann, tanpa SpaceX, AS akan berada jauh di belakang China. Dari 261 misi antariksa dunia pada 2024, 134 di antaranya diterbangkan SpaceX. Jika SpaceX adalah negara, jumlah peluncurannya jauh melampaui China yang mencatat 68 peluncuran.
"Dari 12.952 satelit aktif di antariksa, 8.530 diluncurkan AS. Namun, 7.855 di antaranya milik Starlink. Jika Starlink tak dihitung, AS punya kurang dari 700 satelit, sehingga berada di posisi keempat setelah Rusia (1.559), China (906), dan Inggris (763)," tambahnya.
Roket SpaceX menurutnya juga adalah keajaiban teknik, melampaui semua yang pernah ada sebelumnya karena dapat digunakan kembali. Itu membuat biaya peluncuran roket lebih terjangkau. Ambisi Elon Musk untuk menaklukkan Planet Mars juga dinilai nanti akan menguntungkan AS.
Apa yang disebut Trump sebagai subsidi, dengan hiperbola sebagai subsidi terbesar yang pernah diterima oleh manusia dalam sejarah, sebenarnya sebagian besar adalah kontrak NASA yang memakai layanan SpaceX dan tidak dapat disediakan sendiri oleh NASA.
"Membatalkan atau mengurangi kontrak ini akan menyenangkan China khususnya, negara yang Trump sebut sebagai pesaing utamanya," jelas Rainer seperti dikutip detikINET dari MSN, Kamis (3/7/2025).
Simak Video "Video: Trump Nggak Mau Hubungannya dengan Elon Musk Makin Memanas"
(fyk/fay)