Alasan Presiden Iran Pakai Heli Tua AS dan Tak Beli dari Rusia
Hide Ads

Alasan Presiden Iran Pakai Heli Tua AS dan Tak Beli dari Rusia

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 22 Mei 2024 18:15 WIB
Presiden Iran Ebrahim Raisi tewas dalam kecelakaan helikopter - Apa yang diketahui sejauh ini
Foto: BBC World
Jakarta -

Helikopter Bell 212 buatan Amerika Serikat jatuh, menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi, menlu dan pejabat lainnya. Mengapa pejabat setara presiden memakai heli yang sudah usang itu dan tidak membeli saja misalnya dari Rusia, negara yang dekat dengan mereka?

Diyakini, Bell 212 yang ditumpangi Raisi sudah berusia beberapa dekade dan berasal dari masa pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi, sebelum revolusi terjadi.

Sanksi AS dan sekutunya setelah revolusi 1979, membuat Iran kesulitan membeli pesawat baru atau suku cadang pesawat yang sudah ada. Kecelakaan pesawat pun sering terjadi. Menurut Bureau of Aircraft Accident Archives (B3A), 2.000 korban jiwa terjadi antara tahun 1979 sampai 2023 karena kecelakaan penerbangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah penerapan sanksi di 1979, sektor penerbangan Iran terhantam dengan keras setelah pemerintah tidak bisa mengimpor pesawat baru. Iran menderita peningkatan kecelakaan pesawat mematikan di 1980-an, 1990-an dan awal 2000-an," tulis Al Jazeera yang dikutip detikINET.

Lalu kenapa Iran tidak membeli pesawat atau helikopter dari Rusia saja? Nah, sanksi AS melarang impor pesawat apapun yang mengandung 10% komponen dari AS. Akibatnya, selain tidak bisa mengimpor pesawat atau komponen dari barat, Iran juga sulit membeli dari Rusia.

ADVERTISEMENT

"Beberapa pesawat Rusia juga bergantung pada komponen dari Amerika sehingga itu pun sulit bagi Iran, meskipun ada hubungan dekat antara Teheran dengan Moskow," papar Al Jazeera.

AS membantah bertanggung jawab atas kecelakaan penerbangan di Iran. Pejabat AS yang disebut namanya, mengatakan pemerintah tiap negara bertanggung jawab sendiri untuk memastikan keamanan dan keandalan peralatannya. Sanksi AS ke sektor penerbangan Iran, katanya, adalah konsekuensi dari penggunaan pesawat Iran untuk mengangkut senjata ke kelompok bersenjata yang digambarkan Washington sebagai teroris.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller juga berkomentar. "Jadi, pertama-tama, kami sama sekali takkan minta maaf atas sanksi yang kami berikan. Pada akhirnya, Pemerintah Iran-lah yang bertanggung jawab atas keputusan menerbangkan helikopter berusia 45 tahun dalam kondisi cuaca yang digambarkan buruk, bukan alasan lain," cetusnya.

Hingga April 2019, 23 maskapai penerbangan Iran mengoperasikan 156 pesawat dari total 300 pesawat yang ada di negara tersebut. Itu menunjukkan bahwa hampir setengah dari pesawat di sana tak dapat terbang karena menunggu suku cadang pengganti, menurut Washington Institute for Near East Policy.




(fyk/fay)