Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia.
Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi.
Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok."
"Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja sebaik sistem lainnya," cetus Adam Bry, chairman perusahaan drone Amerika Skydio. Ia mengakui drone buatannya tidak sangat sukses di garis depan.
Dikutip detikINET dari Insider, drone AS juga biasanya jauh lebih mahal dibanding model serupa. Maka, Ukraina beralih ke drone perusahaan China untuk mendapatkan alternatif lebih murah dan seringkali lebih dapat diandalkan.
Drone DJI telah lama berperan dalam perang tersebut, dan Ukraina membeli banyak model drone secara eceran. Pasukan Ukraina kadang-kadang memasangkan bom langsung pada mereka untuk serangan darurat satu arah atau menggunakannya untuk menjatuhkan granat.
Ukraina juga memproduksi drone sendiri melalui crowdfunding. Meskipun berhasil, banyaknya jumlah drone yang digunakan dalam perang berarti kedua belah pihak harus bergantung pada beberapa saluran untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Rusia juga mengandalkan dukungan pemerintah dan pihak swasta, namun mereka juga mendapat drone dari mitranya, seperti Shahed buatan Iran. Rusia bahkan telah mengembangkan versi domestiknya sendiri dari sistem ini. Rusia juga membeli teknologi drone buatan China.
Simak Video "Video: Detik-detik Rudal Rusia Hantam Jantung Kota Sumy Ukraina"
(fyk/fyk)