'Perang' Chip AS vs China Makin Panas
Hide Ads

'Perang' Chip AS vs China Makin Panas

Anggoro Suryo - detikInet
Senin, 11 Mar 2024 20:29 WIB
Wafer Chip TSMC
Ilustrasi chip. Foto: Dok. TSMC
Jakarta -

Pemerintah Amerika Serikat menekan sejumlah negara seperti Belanda, Jerman, Korea Selatan, dan Jepang untuk memperketat aturan ekspornya ke China, tepatnya terkait teknologi pembuatan chip.

Hal ini dilakukan Negeri Paman Sam untuk membatasi ekspor bahan kimia spesial yang dibutuhkan untuk memproduksi chip ke China, termasuk photoresist, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (11/3/2024).

Selain itu Pemerintah AS pun memaksa Belanda untuk menyetop ASML -- perusahaan asal Belanda -- untuk melayani dan memperbaiki peralatan pembuat chip untuk klien-kliennya yang berasal dari China, yang sebelumnya sudah sempat membeli peralatan pembuat chip sebelum pembatasan ekspor diterapkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permintaan Pemerintah AS ini tak langsung diiyakan oleh Belanda dan Jepang. Mereka mengaku mau menganalisa dampak yang bisa muncul jika permintaan tersebut dipenuhi.

Informasi-informasi ini didapat Reuters dari sumber yang tak disebutkan namanya. Sementara pihak pemerintahan negara-negara yang dimaksud tidak mau berkomentar soal ini.

ADVERTISEMENT

Alasan pembatasan penjualan peralatan dan teknologi pembuatan chip ini dilakukan AS untuk membatasi perkembangan teknologi militer China.

Di sisi lain, Pemerintah China pun tak tinggal diam terkait masalah ini. Mereka saat ini tengah mengumpulkan dana hingga USD 27 miliar untuk mengakselerasi perkembangan teknologi pembuatan chip mereka. Tujuannya? Tentu saja untuk melawan berbagai sanksi yang dikenakan oleh Pemerintah AS.

Permasalahan pembuatan chip ini belakangan makin memanas, terutama setelah terungkap kalau Huawei -- lewat SMIC -- memproduksi chip 7nm menggunakan peralatan yang dibeli dari dua perusahaan asal AS, yaitu Applied Materials Inc dan Lam Research Corp yang berasal dari California, AS.

Menurut laporan Bloomberg, SMIC memproduksi chip tersebut menggunakan mesin-mesin dari Amerika, yang dibeli sebelum mereka terkena sanksi dari pemerintah AS pada Oktober 2022.




(asj/asj)