Ukraina Kehabisan Amunisi Lawan Rusia, NATO Terancam Bahaya

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 29 Jan 2024 12:10 WIB
Ukraina Kehabisan Amunisi Lawan Rusia, NATO Terancam Bahaya. Foto: Reuters
Jakarta -

Hampir dua tahun setelah Rusia berperang melawan Ukraina, Rusia tampaknya kini lebih unggul dalam duel penting, yaitu pertarungan amunisi. Ya, Ukraina agaknya mulai kelabakan.

Hal ini tidak terjadi pada beberapa bulan lalu, namun Ukraina kini menghadapi ketidakpastian mengenai bantuan masa depan dari mitra Barat. Celeste Wallander, asisten menteri pertahanan Amerika Serikal, mengatakan Pentagon menyadari kekhawatiran pemimpin militer Ukraina bahwa tentaranya tak punya persediaan dan amunisi yang dibutuhkan.

Salah satu jenis amunisi penting adalah amunisi artileri. Musim panas lalu, Ukraina menembakkan hingga 7.000 peluru sehari, dibandingkan dengan 5.000 peluru di pihak Rusia.

Namun kini, dikutip detikINET dari Insider, angka tersebut tampaknya telah berubah drastis. Ukraina hanya menembakkan 2.000 peluru sehari, sementara Rusia mendekati 10.000 peluru. Keunggulan Rusia dapat dijelaskan oleh peningkatan produksi dalam negeri dan masuknya persenjataan Korea Utara.

"Tantangan amunisi Ukraina berakar pada peningkatan produksi pertahanan. Dan kami telah bekerja sama dengan sekutu dan mitra untuk memperluas produksi amunisi mereka. Jadi kami berupaya untuk memenuhi hal tersebut," cetus Wallander.

Ada inisiatif besar yang sedang dilakukan. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengumumkan kontrak baru senilai USD 1,2 miliar untuk membeli sekitar 220.000 peluru artileri 155mm, amunisi yang memainkan peran penting dalam perjuangan Ukraina melawan Rusia.

"Perang Rusia di Ukraina telah menjadi pertarungan untuk mendapatkan amunisi, jadi penting bagi Sekutu untuk mengisi kembali persediaan mereka, karena kami terus mendukung Ukraina," katanya.

"Bantuan keamanan Barat tetap penting bagi Ukraina karena pengurangan bantuan Barat secara perlahan atau tiba-tiba akan sangat mungkin menghilangkan kemampuan Ukraina untuk mempertahankan diri," tulis para analis.

Pengurangan bantuan, dapat menyebabkan militer Rusia merebut lebih banyak wilayah di Ukraina, sehingga menjadikan pangkalan Rusia lebih dekat ke perbatasan negara-negara anggota NATO. Ini berisiko memicu konflik lanjutan antara Rusia dengan NATO.

Pejabat Pentagon menegaskan tanpa lebih banyak uang, Washington tidak dapat melengkapi Kyiv dengan senjata dengan tingkat dan kecepatan yang sama seperti yang dilakukan sejak awal perang. Pejabat Amerika dan Ukraina memperingatkan dampak dari berkurangnya dana bantuan adalah risiko yang sangat besar. Beberapa pihak mengatakan bahwa Ukraina akan kalah tanpa adanya bantuan lanjutan.



Simak Video "Video: Detik-detik Rudal Rusia Hantam Jantung Kota Sumy Ukraina"

(fyk/fyk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork