OpenAI Punya Tim Khusus Kembangkan AI Tangkal Hoax di Pemilu AS

Jakarta -

OpenAI membuat sebuah laboratorium dengan tim baru yang dirancang untuk mengembangkan perangkat lunak berbasis Kecerdasan Buatan (AI). Nantinya, AI tersebut akan bertugas untuk menangkal hoax pada Pemilu AS.

Tim ini dijuluki sebagai Collective Alignment yang didanai oleh dana hibah untuk mengembangkan eksperimen teknologi pada proses demokrasi, demikian seperti dilansir detikINET dari Reuters.

Tyna Eloundou, insinyur riset dan anggota pendiri tim Collective Alligntment OpenAI, mengatakan bahwa mereka akan terus membuat model AI yang mereka sebut 'super pintar'yang menjadi bagian dari masyarakat untuk menghadapi pemilu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita terus mengejar misi kita menuju model-model super pintar yang berpotensi dapat dilihat sebagai bagian integral dari masyarakat kita. Penting untuk memberi orang kesempatan untuk memberikan masukan secara langsung," ungkapnya.

Tak hanya itu, program ini juga nantinya didesain agar AI dapat membedakan pemilih yang benar-benar manusia dengan pemilih yang berupa bot AI. Hal ini dilakukan dengan beberapa platform yang juga digagas oleh CEO OpenAI, Sam Altman seperti beberapa proyek mata uang kripto.

"Untuk memastikan hanya manusia yang dapat memilih, OpenAI dapat bermitra dengan Worldcoin, proyek cryptocurrency yang didirikan oleh CEO OpenAI Sam Altman yang memiliki kemampuan untuk membedakan antara manusia dan bot AI," ungkap Teddy Lee, seorang manajer produk di tim tersebut.

Namun, ia mengatakan bahwa platform AI yang akan dibuat timnya direncanakan untuk terintegrasi dengan beberapa proyek mata uang kripto yang disebutkan.

Walau proyek ini dirancang untuk mengembangkan AI penangkal hoax di Pemilu AS, terdapat beberapa kekhawatiran tentang kemampuan AI yang dapat membuat gambar palsu sampai informasi palsu. Kekhawatiran ini meningkat jelang masa kampanye Pemilu AS.

Eloundou menjelaskan bahwa tim Collective Alignment juga memiliki beberapa insinyur yang berfokus pada penelitian berbasis data manusia untuk menghindari disinformasi.